Minggu, 22 Mei 2011

Dharma di Zaman Postmodern

Pada zaman kita hidup saat ini dikenal dengan zaman postmodern dimana perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan sangat pesat terjadi dan. Seluruh pengembangan tersebut bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kelancaran manusia dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari, makan, tidur, membela diri, berketurunan dan lain sebagainya. Namun yang menjadi dilema adalah bahwa justru dengan perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi tersebut memberikan kecemasan terhadap umat manusia seperti pengembangan teknologi senjata yang bertujuan untuk memberikan keamanan bagi manusia justru menjadi ancaman bagi manusia itu sendiri. Fenomena yang lain juga terjadi karena perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan seperti adanya internet yang bertujuan memberikan kemudahan seseorang dalam memperoleh informasi justru menjadi sumber ancaman bagi moral dan etika seseorang. Berkembangnya sutau teknolgi bagi manusia untuk mendapatkan makanan cepat saji namun sumber dari berbagai penyakit. Beberapa fenomena yang lain terjadi merupakan suatu ironi bagi manusia yang hidup pada masa postmodern ini.

           Tetapi kita tidak serta merta menyalahkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi karena fenomena-fenomena tersebut. Tidak pula secara spontan kita meninggalkan kehidupan postmodern ini menjadi zaman batu atau kembali ke zaman primitif dan hal itupun sepertinya susah untuk dilakukan mengingat manusia sangat tergantung dengan kebutuhan-kebutuhan teknologi dan ilmu pengetahuan. dengan kata lain, manusia pada zaman postmodern ini sungguh kurang beruntung keadaanya. Meskipun siapapun yang ada di dunia ini pasti dibelenggu oleh hukum alam, penykit, usia tua dan kematian. Penderitaan karena penyakit, kecemasan akan usia tua dan ketakutan akan kematian.
Di dalam sastra veda, yaitu ilmu pengetahuan yang sudah ada pada masa purba memberikan ciri-ciri manusia pada zaman postmodern ini:  
”Prayenalpayusah sabhya  kalav asmin yuge janah
Mandah sumandah-matayo  manda-bhagya hy upadrutah”
 ”O Rsi yang memiliki pengetahuan, pada zaman Kali yang sangat keras pada saat ini, manusia pendek usia. Mereka suka bertengkar, malas, tersesat, bernasib sial dan, terutama sekali mereka selalu resah” (Bhagavata Purana 1.1.10).  
      Bhagavata Purana ini ditulis oleh Rsi Vyasa 5000 tahun yang lalu. Rsi Vyasa mampu memprediksi keadaan pada zaman postmdern atau dalam sansekerta disebut dengan zaman Kali karena beliau memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melihat masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Dalam ayat ini dijelaskan ciri-ciri utama manusia pada zaman Kali dimana usia mereka mengalami penuruanan dari masa-kemasa. Pada zaman dahulu, rata-rata umur seseorang mampu mencapai 100 tahun namun seirng dengan perkembangan zaman, hingga pada masa postmodern ini, usia manusia rata-rata hanya mencapai 70 tahun. Dalam ayat ini juga dijelasakan bahwa manusia suka bertengkar mengenai hal-hal yang sepele dan tidak ada artinya. Perang dimana-mana hanya karena perbedaan ideologi, agama, ras dan lain sebagainya. pada saat ini, manusia dengan ilmu pengetahuan dan kemapuan teknologinya berusaha sedemikian rupa untuk lebih mempermudah ativiats mereka sehari-hari tanpa banyak mengelurakan tenaga seperti dengan adanya robot yang mampu melakukan apapun sesuai dengan perintah yang kita kehendaki, adanya makanan dan minuman cepat saji, mie instant, bumbu masakan serba instant, kopi instant, susu instant dan lain sebagainya karena bukan hanya masalah tidak memiliki waktu luang, tetapi kita cenderung malas. Zaman ini kita mudah untuk tersesat karena para pemimpin negara yang korup, pemuka agama yang berspekulasi atas kitab suci, ilmuwan yang tidak memiliki kepercayaan dengan keberadaan yang tertinggi, Tuan. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa manusia yang hidup pada zaman Kali atau postmodern yang keras ini, mereka selalu sial dan meiliki dilema dalam permasalahan mereka. Hal yang nyata adalah mereka selalu resah, penuh kecemasan selalu tidak pernah tenang. Hal-hal semacam ini sangat familiar dalam kehidupan kita saat ini. 
Hanya Ada Satu Keuntungan  

      Saat ini banyak orang berpikir bahwa Tuhan telah meninggalkan kita sendirian tanpa mau peduli ataupun menolong masalah yang dihadapi manusia. Walaupu pemikiran atau pernyataan seperti ini tidak sepenuhnya dilakukan oleh semua kalangan, namun pemikiran ini banyak terjadinya kaum ateis atau kaum yang tidak percaya eksistensi Tuhan.

       Namun pemikiran seperti itu juga tidak benar sama sekali. Karena Tuhan sangat bermurah hati kepada kita, kepada orang-orang yang terbelenggu kehidupan material, kehidupan postmodern yang keras. Tuhan telah memberikan dharma kepada manusia yang hidup di post modern ini, pendek usia, mudah bertengkar, cenderung malas, tersesat, kurang beruntung dan terbelenggu dengan keresahan. Kata dharma menurut glossary sansekerta berarti prinsip keagamaan yang sejati, tugas sejati seseorang. Jadi Tuhan telah memberikan prinsip keagamaan yang sejati yang cocok bagi manusia yang hidup di zaman Kali ini.

       Apakah yang harus dilakukan manusia pada zaman postmodern ini agar terbebas dari kecemasan, penderitaan dan ketakutan? dalam Veda telah memberikan pernyataan bahwa hanya ada satu kemujuran yang ada di zaman kekalutan ini dimana mengisyaratkan bahwa Tuhan sungguh sangat berkarunia kepada kita, orang-orang yang penuh dilema di dunia postmodern ini.

       Dalam kalisantarana upanisad disebutkan cara yang tepat dalam menyeberangi lautan penderitaan di zaman ini. Upanisad ini termasuk bagian dari upanisad- upanisad kelompok Krsna Yajur Veda. Kitab ini berisikan percakapan antara dewa Brahma, manifestasi Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta beserta isinya dengan Rsi Narada.
       Isi percakapan antara Brahma dan Narada sebagai berikut: Harih Om. Tersebutlah pada akhir zaman dvapara, maha Rsi Narada datang menghadap dewa Brahma dan bertanya, ”wahai Bhagavan, Guruku yang mulia, dengan berkeliling di dunia ini, bagaimanakah caranya agar hamba mampu melepaskan diri dari pengaruh zaman Kali?

       Dewa Brahma selanjutnya menjawab. ”apapun yang ada dalam seluruh Sruti Sastra (Rg Veda, Yajur Veda, Sama Veda, Atharva Veda dan lain-lain) tersimpan secara rahasia dan rohani, dengarlah hal itu dengan baik, dengan mana engkau akan mampu menyeberangi kesengsaraan pada zaman Kali berupa kelahiran dan kematian berulang kali. Hanya dengan mengucapkan nama suci Tuhan yang Maha Esa, Narayana, akan mampu menghancurkan pengaruh-pengaruh buruk zaman Kali”. Maha Rsi Narada kembali bertanya sebagai berikut, ”Nama suci manakah yang anda maksudkan itu?”. selanjutnya dewa Brahma menjawab: ”Hare Rama, Hare Rama Rama Rama Hare Hare, Hare Krishna Hare Krishna Krishna Krishna Hare Hare. Keenambelas Nama-nama Suci Tuhan Yang Maha Esa ini Menghancurkan pengaruh-pengaruh Buruk dalam Zaman Kali. Sama sekali tidak ada cara lain yang lebih ampuh daripada cara ini, yang dapat ditemukan di seluruh sastra-sastra Veda. Keenambelas Nama Suci Tuhan ini mampu mengahncurkan peneutup dari sang atma (roh) berupa enambelas Kala atau enambelas keburukan. Kemudian barulah sang atma dapat menunjukan sinar aslinya. Barulah Parambrahman bagaikan sang surya bersinar terang benderang dengan hilangnya sang awan”. Kembali Rsi Narada bertanya. ”Guruku yang mulia, apakah aturan-peraturan untuk mengucapkan Nama-nama Suci Tuhan ini?”. Dewa Brahma menjawan, ”sama sekali tidak ada peraturan yang khusus dalam mengucapkan keenambelas Nama-nama suci Tuhan ini. Setiap saat, apakah seseorang dalam keadaan suci ataukah dalam keadaan tidak suci, dia dapat mengucapkannya. Dengan mengucapkan Nama-nama Suci Tuhan ini, orang akan mampu mencapai moksa atau pembebasan dari kelahiran dan kematian seperti:

 1). Salokya (dapat tinggal di alam rohani yang sama dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa); 
 2) Samipya (bisa tinggal di dekat Kerpibadian Tuhan yang Maha Esa); 
 3) Sarupya( bisa mendapatkan bentuk yang sama dengan Kerpibadian Tuhan Yang maha Esa); 
 4) Sayujya (dapat bersatu dengan Brahmajyoti atau sinar dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa).
       Demikianlah percakapan antara dewa Brahma dan Rsi Narada dalam kitab Kalisantarana Upanisad yang memberikan keuntungan bagi umat manusia diseluruh dunia dalam menyeberangi penderitaan, kecemasan dan ketakutan akan zaman kekalutan, pertengkaran, perselisihan, kekerasan ini.
    Sekitar 500 tahun yang lalu, Tuhan Yang Maha Esa turun kedunia tepatnya daerah Bengal, India sebagai seorang penyembah Tuhan bernama Sri Caitanya Mahaprabhu bertujuan untuk mempraktekan ajaran-ajaran di dalam Bhagavad-gita serta megajak seluruh manusia menyanyikan Nama-nama Suci Tuhan ini menjadi: Hare Krishna Hare Krishna Krishna Krishna Hare Hare, Hare Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare, yang lebih dikenal dengan nama Maha Mantra Hare Krishna.
 Beberapa Sumber dari Sastra Veda tentang Keagungan Maha Mantra Hare Krishna 
Padma purna, Uttara-khanda, 42 adhyaya:
Dhayayan kate yajan
yajiais-tretayaa dvapare ‘rcayan
yadapnoti tadapnoti
kalau saikertya kesavam

 “Hasil apa pun yang diperoleh pada zaman Satya dengan cara meditasi kepada Sri Visnu, pada zaman Treta dengan cara persembahan korban suci, pada zaman Dvpara dengan cara pemujaan kepada arca Tuhan, pada zaman Kali dapat dicapai dengan cara Hari nama Sankirtana mengagungkan nama suci Krishna yang dikenal dengan nama Kesava.” 
Brhan Naradiya purana 38.126: 
harer nama harer nama
harer namaiva kevalam
kalau nasty eva nasty eva
nasty eva gatir anyataha
 “Pada zaman Kali, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain untuk mencapai kemajuan rohani kecuali hanya dengan mengucapkan nama suci Sri Hari, nama suci Sri Hari, nama suci Sri Hari (Mahä mantra Hare Krishna).”

Bhagavata Purana  6.3.31:
tasmat snikirtanam visnor
jagan-mngalam amhasam
mahatam api kauravya
viddy aikantika-niskritam
Sukadeva Gosvami menyampaikan lebih lanjut: “Baginda raja yang saya hormati, cara mengucapkan nama suci Tuhan dapat  mencabut  bahkan reaksi  dosa terbesar sekalipun. Karena itu kegiatan Sankirtanam (pengucapan Mahä Mantra Hare Krishna secara beramai-ramai) adalah kegiatan  yang paling mensejahterakan di seluruh alam semesta. Pahamilah hal  ini agar orang lain menerimanya dengan sungguh-sungguh.”

Bhagavata Purana 12.3.51:
kaler dosa-nidhe rajann
asty hy eko mahan gunah
kirtanad eva krsnasya
muktah- sangah param vraje

“Walaupun Kali yuga lautan dosa, namun masih ada satu sifat baiknya, yaitu hanya dengan mengucapkan Mahä Mantra Hare Krishna seseorang dapat dibebaskan dari ikatan duniawi dan mencapai  dunia rohani (kerajaan Tuhan yang kekal).”

Sri Caitanya Caritamrta, Antya 20.8:
harse prabhu kahena,-suna svarupa-rama-raya nama-sankirtana- kalau parama upaya  
Agni-purana:
Hare krsna hare krsna krsna krsna hare hare ratanti halaya vapi te krtartha na samsayah

Penelitian Ilmiah Maha Mantra Hare Krishna 
      Berikut ini merupakan abstrak dari penelitian yang dilakukan oleh Dhira Govinda das dalam memperoleh gelar Ph.D atau doktoralnya yang berjudul ”Efek Maha Mantra Hare Krishna Pada Stres, Deprsi dan Tri Guna (tiga sifat alam)”. Sumber di peroleh dari http://www.dipika.org/2003/01/10/social.and.mental.health/index.html. penelitiannya juga dimuat di dalam jurnal ilmiah The Indian Journal of Social Work pada bulan april 2001 (vol.62,no 2) yang berjudul “ Efek Maha Mantra pada Beberapa Indikator Kesehatan Mental,” berikut abstrak dari penelitiannya: 
Abstrak 
                  Penulis memimpin 3 kelompok studi mengenai efek pelantunan Maha Mantra Hare Krishna pada stress, depresi, dan tiga sifat alam yaitu : sattva ( sifat kebaikan), rajas (sifat agresif), dan tamas (sifat malas) yang dijelaskan didalam Weda sebagai dasar psikologi manusia. Enam puluh dua subyek, yang ikut serta secara inisiatif melalui iklan surat kabar di bagian tenggara universitas, yang melengkapi studi itu. Umur rata-ratanya 24,63 tahun, dengan 31 laki-laki dan 31 perempuan yang ikut serta. Stress diukur dengan index clinical stress, depresi diukur dengan skala kepuasan secara umum (Generalized Contentment Scale), dan model alami atau gunas diukur dengan inventori kepribadian Vedic. Para subyek diukur dengan tes awal, tes akhir, dan ditindak lanjuti dengan beberapa pengujian terpisah selama empat minggu. Para peserta ditunjuk secara acak untuk kelompok Maha Mantra Hare Krishna, kelompok pengganti mantra (mantra alternatif selain Maha Mantra), dan kelompok pengendali (teknik konvensional atau teknik yang umum dilakukan).
                Para subyek di masing-masing grup melantunkan mantra mereka kira-kira 25 menit setiap hari. Peneliti menyiapkan mantra sebagai mantra pengganti (mantra alternatif), walaupun para subyek di kelompok pengganti berpikir bahwa itu adalah mantra-mantra asli dalam dalam Veda. Studi hipotesis primer berdasarkan pada teori Vedic, dan dinyatakan bahwa kelompok Maha Mantra akan meningkatkan sattva, dan menurunkan stress, depresi, rajas dan tamas,  yang secara signifikan lebih dari dua kelompok yang lain. Hasil ANCOVA, pengendali gender dan umur, mendukung hipotesis ini dengan p < 05 untuk semua variabel terkait kecuali rajas, dengan ukuran efek (eta 2) untuk empat variabel yang hasilnya mendukung kisaran hipotesis dari 21 sampai 33. Penulis menyarankan bahwa Maha Mantra Hare Krishna mempunyai potensi untuk  pemakaian di bidang klinik yang setara dengan pengobatan asli timur  yang lain yang telah berhasil, seperti  perawatan terhadap stress, depresi dan kecanduan.
Lebih jauh, direkomendasikan bahwa Maha Mantra Hare Krishna disatukan dengan pendekatan spiritual untuk perawatan pasien pada pekerja sosial dan bidang-bidang terkait. Saran untuk riset lebih jauh termasuk penerapan analisis untuk data dari studi ini untuk memastikan hubungan kausal dan penerapan model hierarki linear untuk data tersebut untuk menggabungkan sistem analisis tunggal dan metode analisis kelompok untuk perolehan jumlah informasi tambahan secara maximum, studi lebih jauh mengenai Maha Mantra Hare Krishna dijamin, dengan berbagai populasi dan berbagai latar belakang.
 Dhira Govinda Dasa Mempertahankan Thesis PhD
 Dhira Govinda Dasa berhasil mempertahankan disertasinya, berjudul “Efek Maha Mantra Hare Krishna terhadap Stress, Depresi dan Tri Guna (tiga sifat alam)”, untuk gelar Ph.D. didalam bidang/jurusan pekerja sosial di Universitas Negara Bagian Florida. Yang hadir adalah para anggota komitenya, begitu juga beberapa mahasiswa dan anggota dari beberapa fakultas. Mereka semua sangat terkesan dengan cara dia mempertahankan tesisnya dan beberapa komentar yang diberi penebalan dari topik yang telah dipilih.
 Beberapa profesor dan mahasiswa setelah itu mempercayai bahwa spiritualitas dan praktek spiritual adalah sangat penting bagi mereka dalam kehidupan pribadi mereka, dan mereka ingin menyertakan hal ini dalam riset mereka dan usaha ilmiah mereka, tapi situasi akademia yang tidak mendukungnya dan kemudian mengintimidasi mereka.
 Esensi dari disertasi itu adalah deskripsi dari tiga kelompok studi mengenai efek pelantunan Hare Krishna. Kelompok Maha Mantra itu menghasilkan efek yang signifikan secara statistik pada empat dari lima variabel terkait (stress, depresi, sattva dan tamas). Efek ini signifikan dalam perbandingan dengan kelompok pengendali untuk semua empat variabel ini dan dibandingkan dengan kelompok mantra pengganti untuk tiga dari variabel itu (stres, depresi dan sattva). Rajas adalah satu-satunya variabel yang terkait yang tidak bertindak berdasarkan hipotesis ini. Penjelasan utama saya untuk hal ini adalah bahwa pelantunan Hare Krishna membuat rajas berubah menjadi sattva, tapi juga menyebabkan beberapa tamas berubah menjadi rajas, oleh karena itu rajas secara substansial tidak berubah.
 Para partisipant melantunkan tiga kali sehari selama 28 hari. Sebagian besar dari mereka adalah bukan Vaisnava (penyembah Sri Krishna) yang telah merespon dari iklan surat kabar. Namun ada beberapa Vaisnava yang terlibat. Saya memberikan pengumuman/catatan pada papan buletin pula yang meminta orang-orang yang tertarik untuk ikut serta dalam studi mengenai Maha Mantra Hare Krishna, syaratnya adalah mereka yang tidak melantunkan beberapa kali/ronde pada kebiasaan harian  selama paling tidak satu tahun. Iklan ini menarik beberapa sukarelawan dari masyarakat vaisnawa. Studi ini mengendalikan gender, umur, dan pengalaman yoga atau meditasi dan hasilnya tetap dalam kendali studi ini. Disertasi ini sendiri memasukkan sebuah bab mengenai filosofi weda, khususnya yang berhubungan dengan efek pelantunan mantra, dan juga penekanan pada tempat khusus dari Maha Mantra didalam kitab vedic. Ada juga sebuah bab yang terdiri dari ulasan kitab mengenai spiritual lain – berdasarkan intervensi, termasuk doa, teknik yoga, dan mantra lain.
 Beberapa jurnal sudah mengungkapkan tertarik untuk menerbitkan artikel mengenai studi ini. Studi ini kelihatannya menjadi studi sistematis yang pertama mengenai efek dari Maha Mantra Hare Krishna dengan metodologi riset modern. 
 Kesimpulan 
      Pada dasarnya alam material ini merupakan tempat penderitaan. Srila Prabhupada, seorang guru besar dari garis perguruan penyembah Sri Krishna mengatakan bahwa dunia material ini kita selalu mengalami penderitaan yaitu “ditinggalkan oleh seseorang atau sesuatu yang kita cintai dan bertemu dengan hal yang kita tidak inginkan”. Hal-hal ini tidak bias kita hindarkan. Oleh karena itu, setiap mahluk di dunia ini megalami penderitaan, kesengsaraan, dan kecemasan terlebih lagi pada zaman post modern ini.
      Tuhan telah memberikan KaruniaNya yaitu berupa Nama SuciNya dengan tujuan agar manusia mampu menyeberangi beberapa penderitaan yang melanda hingga pada suatu kebahagiaan yang kekal. Inilah tugas kewajiban yang paling hakiki (Dharma) umat manusia pada zaman postmodern, karena Tuhan Sang Maha Tahu, mengetahui bahwa umat manusia pada masa ini ingin serba instant, praktis dan sederhana. Jadi, kenapa Tuhan memberikan cara-cara yang sulit dan rumit dilakukan untuk peningkatan spiritual dan penyeberang penderitaan?hanya dengan mengucapkan Maha Mantra Hare Krishna maka semua akan berbahagia. 
Ucapkanlah:
HARE KRISHNA HARE KRISHNA
KRISHNA KRISHNA HARE HARE
HARE RAMA HARE RAMA
RAMA RAMA HARE HARE  
Dan Berbahagialah…!!!!! 
“Hare krsna hare krsna krsna krsna hare hare: siapapun yang mengucapkan mantra ini, walaupun secara tidak sengaja, akan memperoleh tujuan hidup tertinggi. Dan hal ini tidak diragukan lagi.”“Ketahuilah dariKu (Caitanya Mahaprabhu) bahwa mengucapkan nama suci Tuhan adalah cara yang mudah untuk mencapai pembebasan di zaman Kali.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar