Sabtu, 28 Mei 2011

Apakah Tekhnologi merampas Kehidupan Anda?

science
science
Tekhnologi…dengan kemampuannya mampu mengatur dunia hingga kita tidak perlu menjelajahinya lagi”- Max Frisch, Homo Faber
Kini, kita hidup dalam zaman tekhnologi. Kita berpergian dengan mobil atau pesawat terbang, serta berkomunikasi satu sama lain melalui telepon atau e-mail. Media dan internet menyajikan kepada kita informasi-informasi terbaru dari seluruh penjuru dunia. Fiim-film menghibur kita dengan spesial efek berteknologi tinggi. Air Conditioner (AC) dan penghangat ruangan menjaga kenyamanan hidup kita tanpa terpengaruh oleh perubahan cuaca…dan masih banyak lagi… Tekhnologi telah mengubah hampir setiap aspek kehidupan kita. Tentu saja, beberapa diantara kita peduli akan polusi serta masalah lingkungan sebagai dampak kemajuan tekhnologi. Akan tetapi, rata-rata kebanyakan orang merasa bahwa tekhnologi sangat memberikan keuntungan dan kemudahan baginya.
Namun, seperti halnya anjuran dari Max Frisch, Benarkah tekhnologi hanya seolah-olah memberikan kesenangan dan kenyamanan dalam kehidupan kita ?
Teknologi Memberikan, bukan kemajuan, melainkan sebuah Ilusi kemajuan
  • Dulu orang-orang dapat membiarkan pintu rumahnya terbuka tanpa sedikitpun merasa takut. Kini kunci modern, gembok, rantai, alarm listrik menghiasi pintu mereka namun tetap diselimuti rasa takut. Apakah ini Kemajuan ?
  • Kebanyakan orang modern begitu bangga akan rumah mewahnya, mobil balap, jalan yang halus, dan gedung pencakar langit sebagai kantornya, namun mereka tidak dapat tidur dengan tenang tanpa menelan sebuah pil tidur. Dapatkah sebuah masyarakat dikatakan mengalami kemajuan jika hal ini menyebabkan orang-orang berjuang untuk memperoleh kepuasan tidur yang sederhana dan esensial, yang mana dapat dengan mudah diperoleh para penduduk desa yang ”primitif” ?
  • Dengan adanya tekhnologi pandangan dunia menjadi materialistis, dan menumbuhkan sikap egois, kompetisi, dan eksploitasi antar manusia. Kebanyakan orang modern, mengabaikan ungkapan cinta yang romantis, dan tidak mempercayai pasangannya sendiri.- lalu apa yang dapat dikatakan mengenai orang tua dan anaknya ataukah bos dengan koleganya. Mungkinkah, suatu masyarakat yang maju dipenuhi oleh orang-orang selalu merasa curiga satu sama lainnya?
  • Zaman dulu kebanyakan orang bekerja sebagai petani. Mereka hanya bekerja selama 8 jam sehari kurang lebih 4 bulan dalam setahun, yakni ketika musim tanam dan panen. Dengan cara demikian mereka dapat hidup yang berkecukupan selama setahun. Kemudian datanglah revolusi industri yang membawa ”kemajuan” dari ladang menjadi pabrik dan perkantoran. Kemudian orang-orang harus bekerja keras 8 jam sehari selama setahun. Seperti halnya kita sekarang memasuki zaman informasi, dimana orang bekerja terus menerus hampir 12 jam sehari selama setahun. Dengan bekerja yang lebih dan lebih keras lagi hanya untuk keperluan dasar yang sama apakah ini sebuah kemajuan ?
  • Kebanyakan orang modern akan susah untuk membayangkan bila hidup tanpa televisi, film, dan hiburan-hiburan bertekhnologi tinggi lainnya. Dan mereka merasa kasihan pada nenek moyangnya yang tidak memperoleh kenikmatan seperti yang ia rasakan. Namun orang-orang zaman dulu mengetahui dengan jelas bagaimana menemukan kesenangan dalam kehidupannya yang sederhana – dengan saling membagi dan memerhatikan keluarga, meneliti dan belajar dari alam, mendengarkan serta mengucapkan nama dan keagungan Tuhan. Dengan demikian mereka tidak akan merasa bosan. Sedangkan. kita kini telah melepaskan diri dari kepuasan alamiah yang sederhana itu dengan tergila-gila akan tekhnologi. Demikianlah, disamping begitu banyak hiburan yang semakin digemari, kita tetap senantiasa merasa bosan. Industri hiburan tentu saja dapat menggunakan tekhnologi tinggi, namun apakah ketergantungan terhadap hiburan – dan kehampaan yang serius dalam hati merupakan pertanda kemajuan ?
  • Tekhnologi meracuni kita dengan membuat diri kita merasa bahwa kita adalah penguasa. Hanya dengan menekan sebuah tombol , kita dapat mengerakkan sebuah mesin yang besar untuk melakukan pekerjaan yang kompleks. Hanya dengan mengklik sebuah tombol kita dapat mengumpulkan informasi dari seluruh penjuru dunia. Dengan terus menerus bekerja menggunakan mesin, kita terbiasa menjadi pengendali, dan mengira bahwa semua benda dan setiap orang dapat dikendalikan seperti itu. Kemudian ketika seseorang menolak diperlakukan seperti sebuah mesin, kita akan menyudahinya dengan segala macam konflik antar hubungan. Dari perang dingin hingga putusnya ikatan pernikahan, dari perselisihan hingga pembunuhan. Dan biasanya ketika sesuatu berjalan tidak seperti yang kita inginkan, kita akhirnya akan merasa menderita. Dari masalah mental yang begitu panjang, dari depressi hingga kecanduan, dari stres hingga bunuh diri.
Pertanyaan yang muncul sekarang, ”Haruskah kita meninggalkan semua tekhnologi itu dan kembali pada kehidupan pedasaan seperti dulu? ”
Kita tidak perlu meninggalkan tekhnologi tersebut, melainkan kita harus meninggalkan ilusi bahwa tekhnologi mampu memberikan kita kebahagiaan. Jika kita sakit, kita tidak harus meninggalkan penghilang rasa sakit. Yang harus kita lakukan adalah meninggalkan ilusi bahwa penghilang rasa sakit itu mampu menyembuhkan penyakit kita. Karena itu untuk memperoleh kebahagiaan yang sejati kita harus memperoleh penyembuhan melalui kerohanian.
Ketergantungan orang di zaman modern akan tekhnologi, dapat diatasi dengan salah satu prinsip veda yakni Yukta Vairagya, pelepasan diri secara rohani; tidak terikat akan benda-benda material untuk kepuasan pribadi, melainkan digunakan untuk melayani Tuhan sebagaimana yang Beliau Inginkan. Srila Prabhupada memberikan sebuah analogi untuk menjelaskan penggunaan tekhnologi sesuai dengan prinsip diatas.
Seaindainya ada gerombolan perampok yang merampok sebuah bank, kemudian melarikan diri menggunakan sebuah mobil dengan kecepatan 80Km/jam disebuah jalan yang memiliki batas kecepatan 40 Km/jam. Apa yang harus dilakukan oleh polisi untuk dapat mengejar perampok itu ? Apakah mengikuti batas kecepatan dan membiarkan perampok itu kabur ? atau melebihi batas tersebut kemudian mengemudikan lebih cepat daripada perampok sehingga perampok itu bisa ditangkap dan hasil curiannya bisa diselamatkan ?
Di Zaman modern ini, kekayaan ilmu pengetahuan rohani masyarakat telah dicuri oleh propaganda bertekhnologi tinggi dari atheisme, materialisme, konsumerisme, dan hedonisme (paham untuk mencari kesenangan semata-red). Oleh karena itu sudah merupakan suatu kewajiban bagi para ilmuwan spiritual yang sejati untuk menggunakan tehnologi yang sama dalam menyebarkan ilmu pengetahuan spiritual, dan kerukunan dalam hidup, sehingga dapat membantu orang-orang untuk memperoleh kembali kekayaan spiritual dan kebahagiaanya. Demikianlah, prinsip yukta Vairagya dapat membantu kita merohanikan tekhnologi modern, seperti yang dapat dilihat pada contoh-contoh berikut ini :
· ISCKON mendirikan tempel yang begitu indah dan dilengkai dengan karya-karya seni animasi, robot, dan teater multimedia untuk dapat menarik perhatian orang-orang terhadap amanat-amanat yang terkandung dalam Bhagavad-Gita
· Dalam beberapa festival besar, pertunjukkan laser memberikan pemandangan yang begitu menakjubkan dari arca-arca indah yang dipuja diseluruh dunia. Hal ini dapat menginspirasikan orang-orang untuk melakukan pelayanan kepada Tuhan.
· ISCKON memberikan alternatif positif pada anak-anak melalui mainan-mainan, cerita-cerita bernuansa rohani, sehingga dapat menumbuhkan sifat-sifat baik dan nobility. Sedangkan media-media sekarang ini memroduksi gambar-gambar dan mainan yang penuh dengan kekerasan dan sensualitas.
· Anggota-anggota ISCKON memresentasikan kesadaran krishna ini menggunakan slide show, VCD, dan kesenian bertekhnolgi tinggi lainnya. Bahkan artikel yang sedang anda baca ini juga adalah salah satu contoh aplikasi prinsip yukta vairagya.
Penggunaan tekhologi dalam kerohanian ini telah menarik jutaan orang untuk melakukan pelayanan pada Tuhan, membantunya mencari kepuasan hati, dan memperoleh kembali haknya untuk kehidupan yang kekal dan kebahagiaan.
Akan tetapi masih banyak pekerjaan lainnya yang harus kita lakukan. Jika kita ingin menggiring planet kita keluar dari ambang kehancuran maka kita harus menghentikan adopsi tekhnologi yang berlebihan ini. Di zaman modern ini, Srila Prabhupada memimpikan sebuah pepaduan Timur-Barat; menyebarkan kebijaksanaan Spiritual India melalui tekhnologi material dunia Barat. Beliau membandingkan Spiritualitas Veda dan tekhnologi dengan ungkapan orang buta dan orang lumpuh. Namun untuk mewujudkan perpaduan ini, kemajuan tekhnologi barat harus mengetahui kekurangan dirinya akan penglihatan spiritual. Dan india yang lumpuh secara finansial harus melepaskan diri dari deeply-ingrained inferiority complex yang muncul dari kemiskinan material dan juga harus mengetahui kekayaan ilmu pengetahuan rohaninya. Apabila kita mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing, maka kita dapat menjadi pionir dalam mewujudkan kebangkitan spiritual internasional. Mungkin ini adalah satu-satunya harapan untuk dapat menghantarkan kita pada era baru yang harmonis dan penuh kebahagiaan di dunia modern yang menyedihkan dan menyesatkan ini. Apakah kita siap ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar