Sabtu, 28 Mei 2011

Seorang Brahmana yang membaca Bhagavad-gita dengan Sempurna

Dalam Caitanya Caritamrta, Kitab Suci mengenai kahidupan dan ajaran Sri Caitanya, terdapat cerita menarik mengenai seorang Brahmana di India Selatan. Cerita Ini menunjukan betapa Sri Krishna,meskipun Beliau adalah sumber dari segala sumber, Beliau tidak terikat sama sekali dan menjadi pelayan bagi penyembah-Nya yang sangat di kasihi-Nya, ini semua karena cinta kasih-Nya kepada mereka, Inilah kemuliaan-Nya yang berupa ketidak-terikatan.
Di tempat suci Sri Ranga-Ksetra, seorang brahmana vaisnava datang setiap hari mengunjungi kuil Sri Ranganatha dan membaca seluruh Bhagavad-gita. Tetapi brahmana itu tidak bisa melafalkan kata-kata sansekerta dengan benar, dan para sarjana sansekerta di sekitar kuil akan mengejeknya, tetapi hanya dengan membaca Bhagavad-gita, ia dipenuhi rasa kebahagiaan rohani yang besar, ia tidak peduli apa yang orang lain katakan tentang dirinya.

Suatu ketika di dalam perjalanannya menuju India Selatan, Sri Caitanya Mahaprabhu bertemu brahmana tersebut dan bertanya kepadanya “Tuanku yang terhormat, mengapa engkau berada dalam kebahagiaan cinta kasih yang seperti itu? Bagian dari Bhagavad-gita manakah yang memberikan anda kebahagiaan rohani?” brahmana menjawab, ”Tuhanku, saya tidak begitu terpelajar karena itu saya tidak mengetahui arti kata-kata ini. Kadang-kadang saya membaca Bhagavad-gita dengan tepat dan kadang-kadang tidak tepat, tetapi bagaimanapun juga saya terus melanjutkan pembacaan Bhagavad-gita saya, karena itu adalah perintah dari Guru spiritual saya.”
Kemudian Sri Caitanya bertanya mengapa dia menangis. Brahmana itupun menjawab “kapanpun saya duduk bersama Gita,wujud Tuhan Krishna sebagai Partha-Sarathi (kusir kereta Arjuna) muncul dalam hati saya. Ketika saya melihat wujud ini, saya langsung teringat bahwa Tuhan adalah Bhakta-Vatsala (sangat bermurah hati kepada penyembahnya) hal tersebutlah yang membuat saya menangis.” Melihat bhakti brahmana India Selatan itu, Sri Caitanya memeluk brahmana itu dan kemudian berkata kepadanya bahwa dia telah membaca Bhagavad-gita dengan sempurna.
Tuhan Caitanya mengatakan kesempurnaan brahmana tersebut jauh melebihi berjuta-juta kesempurnaan orang yang terpelajar. Pernyataan Sri Caitanya ini membuktikan bahwa Bhagavad-gita tidak dapat dipelajari dengan kecerdasan material. Pengetahuan dari Gita harus diterima melalui rangkaian para Acarya, atau Guru kerohanian, turun temurun dalam garis perguruan rohani. Itulah satu-satunya cara; sedangkan mempelajari Gita adalah latihan dalam kerendahan hati.
Para mayavadi adalah orang-orang yang menganggap bentuk Tuhan Krishna adalah maya atau sesuatu yang terbuat dari unsur-unsur material. Karena sifat iri hati mereka menolak bentuk spiritual Tuhan yang sac-cit-ananda. Mereka tidak bertujuan untuk melayani Tuhan tetapi menyatu dengan bentuk Brahman yang impersonal dan menjadi Tuhan. Karena itu, otak mereka yang kecil tidak dapat mengerti bagaimana personalitas Tuhan Yang Maha Esa dapat menjadi kusir kereta penyembah-Nya dan menjalankan perintah penyembah-Nya tersebut.
Pesan Bhagavad-gita adalah bersifat rahasia dan akan tetap tersembunyi bagi orang-orang duniawi yang terpelajar yang berusaha untuk salah menafsirkan kata-kata Tuhan. Mereka sangat iri kepada Tuhan dan menempatkan dirinya di depan dan mengesampingkan Tuhan. Bagaikan komentator yang dapat di umpamakan sebagai lebah yang menjilati sisi luar botol madu. Seseorang tidak dapat merasakan madu tanpa membuka botolnya dan menjilati isinya. Tidak peduli seberapa ahlinya seseorang dalam memprogram software komputer, dia tidak dapat melakukan apapun tanpa mengetahui password komputernya. Begitu juga halnya, password untuk mengerti Bhagavad-gita adalah semangat dalam pelayanan Bhakti dan kerendahan hati kepada Tuhan dan para penyembah-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar