Sabtu, 28 Mei 2011

Apakah Tuhan Itu Ada?

Perjalanan hidup dari setiap orang tidak bisa kita samakan karena setiap makhluk individu memiliki variasi dan pola hidup tersendiri. Namun jika kita mampu membawa variasi tersebut di bawah sebuah naungan, maka hal itu akan menjadi suatu keunikan yang sangat menakjubkan, yang bisa memberikan kedamain di seluruh dunia. Secara garis besar, kita semua berangapan bahwa kita adalah si ini dan si itu, dari sini dan dari situ dan lain lain. Semua ini menciptakan berbagai variasi di dalam perjalanan hidup masing masing individu yang memberikan kesan dan ide berbeda antara satu orang dengan yang lain. Jika kita pikirkan lebih dalam tentang hal ini, berasal dari manakah kita semua? Apakah kehadiran kita di tempat ini dengan berbagai perbedaan ini terjadi begitu saja? Seperti para ahli ilmuwan menyatakan” hanya suatu kebetulan”. Apakah semua perbedaan yang ada di alam semesta ini, yang berlangsung dengan begitu menakjubkan, terjadi hanya karena suatu kebetulan???
Mengacu kedalam pembicaraan ini, kita tidak bisa terlepas dari satu kata, yang bukan hanya sekedar kata, namun kata yang sangat berarti, yang mengacu pada sosok kepribadian yang memegang peranan penting di balik semua ini yaitu ”TUHAN”. Jadi, satu satunya jalan yang bisa membawa kita semua, yang terdiri dari begitu banyaknya variasi, ke dalam satu naungan adalah kita semestinya menerima bahwa kita semua merupakan ciptaan Tuhan atau dengan kata lain bisa dikatakan bahwa kita semua merupakan anak anak Tuhan. Karena itu, kita semua merupakan saudara.
Di dalam Bhagavad Gita, yang merupakan inti sari dari ajaran kitab suci Veda, Svayam Bhagavan Sri Krsna menyatakan”aham bija prada pita” ”aku adalah benih dari semua makhluk hidup”. Karena kita berasal dari satu sumber, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, maka semua perbedaan yang kita lihat hendaknya dijadikan suatu keindahan yang berperan sebagai bumbu kehidupan. Kitab Suta soma menyatakan” bhineka tungal ika tan hanna dharma mangruha” meskipun berbeda, namun dharma adalah satu dan tidak ada duanya. Tanpa kita mengarahkan pemikiran kita seperti itu, maka semua perbedaan yang ada hanya akan merupakan suatu rintangan di dalam kehidupan, yang bisa menyebabkan perpecahan diantara kita semua yang hidup di berbagai pelosok dunia.
Jadi, kembali ke dalam pembicaraan sebelumnya, menurut kitab suci veda, Tuhan merupakan sumber dari segala ciptaan, Beliau adalah pencipta semua alam semesta, maka dapat kita simpulkan bahwa tidak ada istlah ”kejadian yang terjadi kebetulan”. Segala sesuatu terjadi di bawah rancangan Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun keberadaan Tuhan masih sangat sulit dipahami oleh indria kita yang terbatas ini namun tidak perlu diragukan bahwa beliau benar benar ada.
Berhubungan dengan hal ini, kita bisa mengambil banyak contoh dari kehidupan sehari hari, kenapa kita mesti menerima keberadaan Tuhan. Kita makan nasi setiap hari, apakah nasi itu ada begitu saja tanpa dimasak terlebih dahulu oleh seseorang? Tentu saja jawabanya, tidak! Harus ada seseorang yang memasaknya. Kemudian, kita memakai komputer dan berbagai alat alat electronik lainnya yang bekerja dengan sangat cangih. Apakah komputer yang ada di meja kita itu datang begitu saja? Kemarin malam ada gempa di rumah saya dan secara kebetulan, karena goncangan gempa, beberapa kabel, logam-logam dan beberapa benda lainya yang ada di dalam rumah saya bergabung menjadi satu dan akhirnya muncul sebuah komputer di atas meja ini. Apakah ini suatu hal yang masuk akal? Apakah orang yang waras bisa menerima pernyataan ini? Tentu saja tidak. Itu harus dirancang oleh seseorang yang ahli, kemudian ada orang yang membawa dan menaruhnya di atas meja kita. Terus, kita melihat bus dan berbagai angkutan di jalan raya, apakah semua angkutan itu muncul di jalan raya karena adanya banjir besar atau tsunami?? Tentu saja tidak kan…. Bus, mobil dan lain lain dirancang oleh seseorang dan ada pengendara dibalik itu. Nah, orang orang atau para ilmuwan menyimpulkan bahwa semua planet, bola matahari dan jutaan bintang yang muncul dan bergerak tepat waktu dan hampir tidak ada istilah tabrakan satu sama lain, semuanya terjadi karena suatu kebetulan. Apakah ini sangat masuk akal? Kemudian ada makhluk hidup di muka bumi ini yang berkembang dan menghasilkan, itu semua terjadi karena suatu kebetulan. Keberadaan makhluk hidup tersebut terbentuk karena kebetulan ada pertemuan molekul yang sejalan sehinga membentuk makhluk hidup. Apakah ide ini bisa diterima oleh kalangan orang yang waras?? Kalau keberadaan komputer di atas meja tidak bisa diterima sebagai suatu kejadian yang terjadi kebetulan saja, kenapa kita menerima gerakan alam yang menakjubkan ini sebagai suatu kebetulan? Jadi harus diterima bahwa ada seseorang dibalik semua pergerakan alam semesta ini. Siapakah orang itu? Upanisad memberikan jawaban kepada kita, ”nityo nityanam cetanas cetananam eko bahunam vyadadati kaman”dari semua yang berkesadaran dan yang kekal, ada satu Orang yaitu Tuhan, yang menyediakan segala sesuatu untuk yang lain, Orang yang satu ini dipuja oleh roh roh yang bikaksana”. Contoh contoh diuraikan diatas merupakan salah satu logika yang membuktikan keberadaan Tuhan.
Beberapa orang juga memberikan argumen tidak percaya dengan keberadaan Tuhan karena tidak bisa melihat Tuhan dan tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Ok, pertama-tama kita mesti bertanya kepada mereka, sejauh mana kemampuan anda untuk melihat? Sekarang saya melihat bola matahari sebesar bola sepak bola, apakah penglihatan saya itu bisa dijadikan sebagai dasar dan menyimpulkan bahwa bola matahari sebesar bola sepak bola?? Untuk melihat seekor bakteri yang tidak berarti, yang masih bersifat material, kita memerlukan mikroskop, terus kenapa kita terlalu bangga dengan kemampuan penglihatan kita untuk melihat Tuhan? Kemudian karena tidak bisa melihat, kita langsung menyimpulkan Tuhan itu tidak ada. ”Premanjana cchurita bhakti vilocanena” ”untuk melihat Tuhan kita memerlukan mata rohani yang diperoleh dari pengabdian yang murni kepada beliau”. Tuhan adalah maha kuasa maka tidak heran kalau ini merupakan hal yang tidak mudah untuk melihatNya. Kalau untuk bertemu presiden saja seseorang harus mengikuti berbagai proses, maka begitu juga, untuk melihat Tuhan secara langsung, terlebih dahulu kita harus mengikuti proses yang di anjurkan di dalam kitab suci Veda.
Berbicara secara ilmiah, sejauh manakah kemampuan kita untuk mengukur sesuatu secara ilmiah? Di dalam ilmu Matematika, secara ilmiah kita tidak bisa membuktikan berapa jumlah akar kuadrat dari -4? Namun tanpa kita menerima bahwa akar kuadrat -4 memiliki suatu nilai, maka kita tidak akan pernah berhasil untuk menyelesaikan beberapa permasalah di dalam ilmu Matematik. Sampai saat ini para ilmuwan menggunakan ” a” sebagai hasil akar quadrat -4 yang secara ilmiah tidak bisa dibuktikan berapa nilainya, namun keberadaan nilai dari akar quadrat -4 harus diterima oleh semua ilmuwan. Kalau keyakinan terhadap akar quadrat -4 diterima tanpa pemecahan secara ilmiah, kenapa tidak kita terima keberadaan Tuhan yang masuk akal secara logika?? Pengetahuan ilmiah yang dipromosikan secara umum bisa berganti setiap saat. Misalkan teori atom, kira-kira setelah 3 atau 4 kali pergantian buku pelajaran Fisika, akhirnya teori yang baru menyalahkan teori yang sebelumnya. Apakah suatu teori bisa diterima sebagai suatu pengetahuan ilmiah jika teori tersebut masih belum tentu posisinya yang setiap saat akan berganti?
Kepercayaan kita terhadap keberadaan Tuhan bukan merupakan suatu spekulasi mental tetapi berdasarkan pendapat dari sumber yang benar, yang dapat dipercaya, yang sudah diikuti sejak jaman yang kita tidak ketahui, sejak berjuta juta tahun silam dan masih diikuti sampai hari ini, yaitu kitab suci Veda. Keberadaan ajaran dan pernyataan kitab suci Veda masih tetap sama paling tidak sejak ratusan tahun yang lalu dan bahkan masih jauh sebelumnya dan sampai sekarang masih tetap sama. Bukan hanya pernyataannya yang sama tetapi bahkan kalimatnya pun masih tetap dan tidak ada istilah perubahan teori. Karena hal ini menyampaikan kebenaran yang mutlak, kitab suci veda tidak akan pernah berubah atau berganti teori.
Argumen masih bisa muncul lagi, Veda kan ditulis oleh manusia, mereka juga kurang sempurna. Jadi kenapa kita mesti menerima Veda? Pertanyaan yang sangat menarik. Ketika saya masih kecil, saya tidak tahu kalau rasa madu itu manis. Tetapi orang tua saya sering bilang kalau madu itu sangat manis. Kemudian, saat saya bermain, saya bilang kepada teman bahwa kalau madu itu rasanya manis. Saya sendiri tidak sempurna, tetapi pengetahuan yang saya berikan kepada teman saya tentang madu adalah sempurna. Sama halnya, hanya Tuhan yang sempurna. Upanisad menyatakan:
Om purnam adah purnam idam purnat purnam udacyate

Karena Tuhan sempurna maka apapun yang Beliau sampaikan adalah sempurna. Veda merupakan wahyu atau sabda Tuhan, karena itu meskipun ditulis oleh makhluk hidup biasa, namun pengetahun tersebut adalah sempurna. Dengan mengikuti pengetahuan yang sempurna, maka kita akan mencapai kesempurnaan.
Keberadaan Tuhan yang masih sangat misterius masih menjadi bahan perdebatan di kalangan umat manusia. Namun sebagai umat beragama, khususnya sebagai pengikut ajaran Veda, kita mestinya tidak tergoyahkan dengan berbagai isu yang menyatakan keberadaan Tuhan itu hanya sekedar tahayul. Meskipun hal itu benar, kita sebagai pengikut ajaran Veda tidak melihat kerugian apapun karena memuja Tuhan, melainkan kita mengalami keuntungan yang tidak dapat dibandingkan dengan berbagai hal material yaitu kedamaian hati. Ada seorang guru pengajar Veda dari India yang sedang berada di daerah barat di tanya oleh seorang yang kelihatanya intelek.
”Pak! Anda selalu berbicara tentang keberadaan Tuhan, tempat Tuhan, dll dan suatu saat setelah meninggal kita akan mencapai kepada Tuhan. Kalau misalnya Tuhan itu tidak ada, apa yang akan anda lakukan setelah meninggal”?
”Ok”, beliau menjawab, kalau misalnya Tuhan tidak ada, paling tidak kita menikmati semua festival yang kita rayakan berdasarkan peradaban Veda, menyanyikan lagu lagu pujian kepada Tuhan, mendengarkan musik yang indah dan lain lain. Dan yang terpenting adalah kita semua mengalami kedamaian pikiran dan juga mampu mengerti dan menerima segala sesuatu yang terjadi merupakan kehendak Tuhan sehinga tidak akan menyalahkan orang lain atas segala sesuatu yang menimpa kita. Dengan mempermudah pemikiran kita, segala sesuatu yang terjadi merupakan aturan Tuhan dan kita hanya bisa berusaha, maka semua kejadian yang kita alami tidak akan menjadi beban pikiran yang kemungkinan menyebabkan stress. Setelah meningal, kalau misalnya Tuhan tidak ada, maka kita juga akan lenyap dan tidak akan ada apa apa, jadi apa yang perlu dikhawatirkan lagi? Kita tidak perlu melakukan apa apa lagi karena kita tidak akan ada lagi. Tapi jika Tuhan ada, kita akan menikmati bersama Beliau setelah mengingal. Kemudian Guru ini bertanya balik ke orang ini,” kalau misalnya Tuhan itu ada, apa yang akan kamu lakukan setelah meningal”???
Merenungkan keberadaan tuhan dengan berbagai logika seperti uraian singkat diatas, ditambah dengan berbagai uraian di dalam kitab suci Veda, Purana dan Itihasa, maka kita tidak perlu meragukan lagi keberadaan Tuhan. Percaya tidak percaya, Tuhan itu ada dan hukum alam yang ditetapkan oleh Tuhan tetap berlangsung, apakah kita terima atau tidak. Jika dengan menerima keberadaan Tuhan kita akan merasa ada hubungan persaudaraan dan akan membawa kedamaian di dalam hidup kita, kenapa kita menolak hal mulia seperti itu? Beberapa orang juga berargumen bahwa Ketuhanan hanya akan menyia nyiakan waktu dan uang. Tetapi kenapa kita perlu khawatir dengan menghabiskan waktu dan harta benda yang kita miliki untuk mencapai suatu kedamaain di dalam hidup. Apa arti dari semua kekayaan jika kehidupan kacau dan tidak tenang? Orang orang bersedia mengeluarkan uang berjuta-juta dolar hanya untuk mendapatkan ketenangan dengan mengadakan tour ke berbagai tempat, apakah ini tidak pernah dianggap menghabiskan uang dan waktu? Dan setelah semua itu, mereka belum tentu mencapai kedamaain seperti yang dirasakan oleh orang yang benar benar menekuni agama dan mengabdikan diri kepada Yang Maha Kuasa.
Om namo bhagavate väsudeväya
Om tat sat

1 komentar: