Sabtu, 28 Mei 2011

TAT TVAM ASI


Sastra Veda sebenarnya secara menyeluruh memberikan pengertian kepada kita tentang satu kebenaran yang mutlak yaitu kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Di dalam sastra Veda, kita akan menemukan apa yang disebut dengan mukhya vakya dan gauna vakhya. Mukhya vakya merupakan kalimat yang utama dari Veda sedangkan gauna vakya adalah kalimat kedua yang dipakai untuk menjelaskan mukhya vakya. Karena gauna vakya merupakan kalimat penjelas dari mukhya vakya, maka ketika kita berusaha mengerti tentang kalimat tersebut atau jika kita berusaha untuk memberikan komentar pada kalimat itu, hendaknya kita tidak menyimpang dari kalimat utama atau mukhya vakya. Kalimat utama dari Veda adalah ”Omkara” yang merupakan bentuk Tuhan di dalam aksara suci. Untuk menjelaskan OMKARA, kita akan menemukan banyak  kalimat di dalam Veda dimana satu dengan yang lainnya saling berhubungan. Salah satunya adalah ”tat tvam asi”. Karena kalimat tat tvam asi merupakan kalimat penjelas, maka kalimat ini seharusnya memberikan pengertian dan gambaran kepada kita mengenai ”OMKARA” dengan lebih jelas dan hendaknya tidak membingungkan. Misalnya, siapakah Omkara itu dan apa hubungan kita dengan Omkara tersebut. Jika kalimat tat tvam asi digali dengan lebih teliti dan mendalam, maka akan memberikan semua jawaban dari pertanyaan tersebut.  Sudah tentu untuk menggali kalimat ini, hendaknya kita tidak hanya berpatokan pada satu kalimat, tetapi kalimat tat tvam asi hendaknya dihubungkan dengan beberapa gauna vakya lainnya yang akan memberikan kita pengertian tentang OMKARA dengan lebih jelas.

Di dalam bahasa Sansekerta, kata ”tat” berasal dari suku kata ”tad” yang berarti ”itu” atau ”dia”. Kata ”tvam’ berasal dari suku kata ”yusmad” yang berarti ” kamu” dan ”asi” berasal dari urat kata ” as(a) ” yang berarti ”adalah”.  Jadi secara sederhana kata ”TAT TVAM ASI” bisa diartikan ” kamu adalah dia” atau ” dia adalah kamu”. Meskipun gauna vakya merupakan kalimat penjelas, namun karena sastra Veda disusun sedemikian rupa dimana sastra ini harus dipelajari melalui seorang guru yang berkualifikasi dan sudah menerima pengetahuan tersebut dari gurunya, maka kalimat penjelas inipun akan kelihatan tidak jelas kalau kita berusaha untuk menggalinya tanpa bimbingan seorang guru. Kalau kita pikirkan ” kamu adalah dia, dia adalah kamu, dan OMKARA, maka akan mucul pertanyaan di dalam benak kita, apakah hubungan dari semua ini?????”. Ini menjadi tanda tanya besar untuk kita. Namun ketika sastra Veda dipelajari melalui garis perguruan yang dibenarkan, maka atas karunia seorang guru kerohanian, semua permasalahan tersebut tidak akan menjadi permasalahan yang rumit lagi.
Di dalam Katha Upanisad dinyatakan,
nityo nityanam cetanas cetananam
eko bahunam yo vidadhati kaman
tam pitha-gam ye ‘nupasyanti dhiras
tesam santih sasvati netaresam
” Diantara kepribadian yang kekal dan yang berkesadaran, ada satu kepribadian yang menyediakan keperluan dari kepribadian-kepribadian yang lainnya. Orang bijaksana yang memuja kepribadian yang satu ini, yang bertempat tinggal di alamNya yang rohani akan mampu mencapai kedamaian sejati sedangkan yang lain, yang tidak memujaNya tidak akan mencapai kedamaian”
Dari sloka ini kita mendapat informasi bahwa ada dua jenis kepribadian. Yang satu adalah Nityah yang berarti kekal tunggal. Sedangkan yang lain adalah Nityanam yang berarti kekal jamak. Sama halnya cetanah yang berarti berkesadaran tunggal dan cetananam yang berarti berkesadaran jamak. Di dalam bahasa Sansekerta, kata yang sama, yang mengacu pada satu orang, akan mendapat akhiran berbeda dengan yang mengacu pada banyak orang. Ini disebut dengan  perbedaan vacanam. Kedua jenis kepribadian tersebut memiliki sifat yang sama yaitu kekal dan berkesadaran, tetapi perbedaannya adalah yang satu adalah tunggal dan memenuhi keperluan yang lain. Sedangkan yang satunya lagi adalah jamak atau terdiri dari banyak kepribadian, yang menerima dari yang tunggal. Kepribadian yang jamak ini mengacu pada semua makhluk hidup di alam semesta. Jadi dari sini kita menyimpulkan bahwa tat tvam asi berarti ”kamu ( semua makhluk hidup) dan dia (Tuhan) adalah sama”. Kata ”sama” di sini hendaknya tidak disalahartikan. Ini tidak berarti bahwa kita sepenuhnya sama dengan Tuhan, namun kita mempunyai sifat yang sama dengan Tuhan dalam jumlah yang kecil. Di dalam Srimad Bhagavad Gita, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda:
mamaivamso jiva-loke
jiva-bhutah sanatanah
manah-sasthanindriyani
prakrti-sthani karsati
“ Para makhluk hidup di dunia material ini merupakan percikan terkecil dari diriku yang kekal. Disebabkan oleh keterikatan hidup, mereka berjuang keras untuk menghadapi 6 indria termasuk pikiran”.
Kata ”mama eva amsah” yang berarti percikan terkecilKu, mempunyai makna yang sangat penting. Seperti contoh, air yang diambil dari lautan dan dimasukan ke dalam gelas mempunyai sifat yang sama dengan seluruh air laut. Namun air yang di dalam gelas tidak akan mampu menghanyutkan desa, sedangkan ketika bencana sunami, air yang bersifat sama yang berada di lautan mampu menghancurkan berbagai tempat di berbagai negara. Meskipun air yang di dalam gelas sama dengan air laut, yaitu mempunyai rasa yang sama dan juga molekul yang sama, tetapi perbedaannya adalah jumlah dan kekuatan. Sama halnya, makhluk hidup yang merupakan percikan terkecil dari kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Visnu, maka mereka mempunyai sifat yang sama dengan Tuhan yaitu sat, cid dan ananda ( kekal, penuh pengetahuan dan penuh kebahagiaan). Semua sifat ini dimiliki oleh para makhluk hidup dalam jumlah yang terbatas sedangkan Tuhan memiliki sifat tersebut dalam jumlah yang tidak terbatas. Perbedaan lainnya adalah sifat murni yang dimiliki oleh makhluk hidup sangat mudah diselubungi oleh khayalan sedangkan sifat Tuhan tidak pernah terselubungi. Dengan demikian, meskipun makhluk hidup penuh kebahagiaan, namun karena diselubungi oleh khayalan, makhluk hidup di dunia material ini berjuang keras untuk mencapai kebahagiaan dengan berbagai cara.
Jadi ini adalah salah satu pengertian dari kata TAT TVAM ASI, yang secara sederhana bisa diringkas sebagai berikut ”kamu para makhluk hidup mempunyai sifat yang sama dengan Dia (Tuhan). Jadi hubungan antara OMKARA dengan kalimat ”tat tvam asi” menjadi sangat jelas yaitu kalimat ini memberikan contoh bahwa Omkara itu adalah sama dengan makhluk hidup kalau dipandang dari kualitas sifat, namun berbeda dari segi kwantitas. Karena makhluk hidup mempunyai kesamaan dengan Tuhan, maka dengan menginsyafi dirinya melalui proses Yoga, seseorang akan mendapat contoh dan pengertian tentang Tuhan. Seperti halnya dengan mengerti unsur yang menyusun setetes air laut, kita sudah bisa dianggap mengerti seluruh air di lautan tetapi di dalam jumlah yang berbeda. Dengan mempelajari setetes air laut kita akan bisa membayangkan unsur yang sama yang ada di dalam lautan, namun memiliki kekuatan dan jumlah yang jauh lebih besar.
Uraian di atas merupakan pengertian pertama yang bisa diambil dari arti kata TAT TVAM ASI. Untuk mengerti sedikit lebih lanjut  tentang pengertian kata ini, kita akan mengacu kepada sebuah komentar dari seorang acarya ( guru besar) pengajar Veda yang telah memperjuangkan dan mempertahankan Veda. Beliau mengajarkan Veda ke seluruh pelosok India pada jaman perkembangan paham kekosongan dari filsafat Budha di daerah India. Beliau adalah Sripad Ramanujacarya, seorang acarya yang hidup sekitar sembilan ratus tahun yang lalu. Berdasarkan Sripad Ramanujacarya, kata ”tat tvam asi” dapat diartikan sebagai berikut:  ”tasya tvam asi”. Tasya berarti milik dia, jadi tasya tvam asi artinya ”kamu adalah milik Dia”.  Bagaimana cara menganalisa pengertian ini, kita akan bahas sedikit berdasarkan tata bahasa Sansekerta sebagai berikut: Di dalam bahasa Sansekerta, ada istilah yang disebut dengan ”samasa” yaitu gabungan kata yang membentuk kalimat baru dan arti yang sama. Ketika beberapa kata di dalam kalimat digabungkan, maka masing-masing kata tersebut kembali ke suku kata dasarnya dan kata terakhir mengambil bentuk sesuai dengan peranan di dalam kalimat, apakah sebagai subjek, predikat atau objek. Di dalam kata TAT TVAM ASI, kata ’tat- tvam’ bisa dianggap sebagai suatu gabungan  kata di dalam sebuah kalimat. Kalimat ini berasal dari kalimat ”tasya tvam”, kemudian ketika digabungkan, kata ”tasya” kembali ke kata dasarnya, yaitu ”tad”. Maka akan menjadi ”tad – tvam”. Kemudian berdasarkan aturan sandi, hurup ”d” yang diikuti oleh huruf ”t” akan berubah menjadi ”t”, maka kita menemukan kata ”tat tvam”. Untuk membentuk sebuah kalimat, maka kata-kata yang digabungkan harus memiliki kata kerja. Dengan demikian kata kerja ”as(a)” yang berarti ”adalah”  ditambahkan di dalam kalimat tersebut. Karena tvam ( kamu ) adalah orang kedua tunggal, maka kata kerja ”as(a)”, berdasarkan aturan tata bahasa Sansekerta akan berubah menjadi ”asi”. Dengan demikian kita mendapatkan kata ”TAT TVAM ASI” yang artinya kamu adalah milikNya.  Kalimat ”Kamu adalah milikNya” berarti, semua makhluk hidup merupakan milik kepribadian Tuhan Yang Maha Esa karena Tuhan adalah sumber segala sesuatu, dan segala seuatu berada di bawah kendali Beliau. Pernyataan ini juga ditemukan di dalam Bhagavad Gita sebagai berikut,
aham sarvasya prabhavo
mattah sarvam pravartate
iti matva bhajante mam
budha bhava-samanvitah
“Aku adalah sumber dari segala sesuatu baik alam material maupun alam rohani. Segala sesuatu berasal dari diriKu. Orang bijaksana yang mengetahui ini secara sempurna menekuni pengabdian suci bhakti dan menyembahKu dengan sepenuh hatinya”
Dengan demikian, ini merupakan tugas dari semua makhluk hidup, khususnya umat manusia untuk mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Singkat kata, arti kedua yang bisa diambil dari kata tat tvam asi adalah sebagai berikut, kita semua sebagai makhluk hidup merupakan milik Tuhan yang berkewajiban untuk menyembah Beliau. Jadi hubungan kalimat tat tvam asi dengan omkara sangat erat sekali.
Pengertian yang lain dari kalimat tat tvam asi adalah berhubungan dengan ”JIVA”, yang nantinya akan menghubungkan kita dengan hukum karma phala. ”Kamu adalah dia” dan ”dia adalah kamu” bisa juga diartikan bahwa kita, para jiva, yang merupakan percikan terkecil dari Tuhan, atau dengan kata lain sebagai anak anak Tuhan, mempunyai  sifat dan hak yang sama antara yang satu dengan yang lain. Karena itu, ketika kita melakukan suatu karma atau aktivitas, itu akan selalu berhubungan dengan makhluk lain. Contohnya adalah ketika kita melakukan kegiatan yang saleh terhadap orang lain, seperti memberi sedekah. Karena dia adalah kamu dan kamu adalah dia, dengan demikian, sekarang dia (salah satu roh) menerima sedekah dari kamu (yang juga merupakan sang roh), maka suatu hari dia mesti dan pasti akan memberi sedekah kepadamu. Itu merupakan hukum alam. Sama halnya sekarang kamu membunuh dia di dalam bentuk seekor binatang, karena sang roh diuraikan berpindah dari badan yang satu ke badan yang lain setelah meninggal di dalam proses reinkarnasi, ”dehino smin yatha dehe kaumaram yauvanam jara” , maka suatu hari nanti waktu akan mengatur dimana dia akan mendapat badan manusia dan kamu mendapat badan binatang. Saat itu, giliran dia yang akan membunuh kamu. Ini merupakan suatu keadilan Tuhan di dalam bentuk hukum alam. Dengan demikian, ajaran tat tvam asi juga bisa diambil dari segi sosial seperti contoh diatas. Karena dia adalah kamu dan kamu adalah dia, maka kita harus berusaha memperlakukan setiap jiva dengan baik seperti kita memperlakukan diri kita sendiri. Kalimat tat tvam asi  dalam arti ini sangat berhubungan erat dengan istilah Tri Hita Karana, yaitu bagaimana seharusnya kita, sebagai makhluk sosial, berhubungan dengan lingkungan di sekitar kita yaitu alam beserta isinya dan menyadari bahwa semuanya adalah ciptaan Tuhan. Karena itu kita semestinya memelihara ciptaan  Tuhan seperti kita memelihara diri kita sendiri.
Kalau kita kupas dengan teliti di bawah bimbingan seorang guru kerohanian yang sejati, yang telah menerima ajaran yang sama dari gurunya, Veda akan memberikan kita pengetahuan yang tidak terbatas dan sangat mulia, yang akan menggiring kita untuk hidup sebagai masyarakat yang beradab. Tat tvam asi hanya salah satu dari ajaran kitab Veda dan pengertian ini hanya beberapa pengertian yang sanggup kami ulas. Masih banyak lagi ajaran mulia yang tersimpan dalam sebuah kalimat tat twam asi,  yang masih perlu untuk digali dan disebarluaskan kepada masyarakat umum di muka bumi ini, sehingga kita semua mendapatkan manfaat dari ajaran tersebut. Tentu saja untuk menggali arti kalimat di dalam sastra, hendaknya kita tidak menyimpang dari ajaran utama sastra tersebut. Apabila sebuah kalimat yang sangat sederhana dari kitab suci Veda mempunyai makna yang sangat luas, maka dapat dibayangkan jika kita bekerja sama dan saling mendukung untuk menggali dan menerapkan ajaran tersebut, tidak dapat diragukan lagi kemakmuran akan menanti di seluruh muka bumi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar