Sabtu, 28 Mei 2011

Bunuh Diri

PENDAHULUAN

Meningkatnya kejadian bunuh diri di kalangan anak dan remaja, mirip burung kenari yang berfungsi sebagai sentinel dalam terowongan tambang batu bara. Kematian burung merupakan tanda sedikitnya oksigen. Bunuh diri pada remaja itu merupakan barometer adanya suatu ketidakmampuan anak dan remaja dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi, kurangnya mekanisme koping yang dimiliki dalam mengatasi stres. Hal ini juga menjadi bukti dari kegagalan para orang tua dan pendidik untuk membekali anaknya dengan keterampilan hidup.
Bunuh diri pada remaja erat kaitannya dengan kekacauan dalam keluargaImages yang berkepanjangan, kekerasan (verbal, motorik dan emosional) dalam keluarga, penolakan anak oleh orang tua serta ketidakmampuan orang tua mengembangkan keterampilan anak dalam mengatasi berbagai masalah stresor. Anak dan remaja berisiko lebih besar untuk bunuh diri bila mereka dibanjiri oleh situasi yang kacau, penganiayaan dan pengabaian. Hasil dari eksposure penganiayaan dan kekerasan pada anak dan remaja terus menerus dapat menampilkan perilaku agresif, mencederai diri dan perilaku bunuh diri.
Prevalensi bunuh diri pada anak dan remaja dalam satu tahun antara 1,7 - 5,9% dan untuk selama hidup antara 3,0 - 7,1%. Diperkirakan 12% dari kematian pada kelompok anak dan remaja disebabkan karena bunuh diri. Keberhasilan bunuh diri pada remaja laki-laki 5 kali lebih besar dibandingkan wanita, meskipun untuk percobaan bunuh diri pada remaja wanita 3 kali lebih banyak dibandingkan remaja laki-laki. Ide-ide bunuh diri bukan merupakan fenomena yang statis dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Keputusan untuk bunuh diri dapat muncul tiba-tiba (impulsif) tanpa banyak dipikirkan terlebih dahulu atau keputusan merupakan puncak dari kesulitan atau kebingungan yang berkepanjangan.
Bunuh diri pada anak dan remaja sering berhubungan dengan stresor yang terjadi sesaat. Faktor pencetus yang mendahului tindak bunuh diri pada anak dan remaja umumnya karena:
* Konflik dan pertengkaran dengan anggota keluarga (adik, kakak atau orang tua).
* Menghindari atau antisipasi terhadap hukuman, misal dari orang tua, guru atau polisi karena
kesalahan yang dibuatnya.
* Kehilangan muka atau dipermalukan di depan teman-temannya.
* Pertengkaran dengan pacar atau putus cinta.
* Kesulitan di sekolah baik akademis, hubungan interpesonal atau keuangan.
* Perpisahan dengan orang yang berarti bagi dirinya.
* Penolakan baik oleh orang tua, teman atau lingkungannya.
Dari kenyataan di atas beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dan disarankan antara lain memberikan pengetahuan dan keterampilan pada orang tua dan guru Edila21 tentang bunuh diri pada anak dan remaja serta faktor-faktor yang terkait, agar dapat dilakukan pencegahan. Selain itu perlu pula dilakukan penelitian untuk mengetahui "Adakah hubungan antara maraknya berita-berita bunuh diri pada anak dan remaja di media
dengan semakin meningkatnya kasus-kasus bunuh diri pada anak dan remaja?" Bila ini terbukti, berita seperti apa yang berpengaruh?***
Penelitian yang dilakukan terhadap 39.000 orang, ditemukan bahwa kemurungan, kelesuan yang melumpuhkan, rasa ditolak, keputusasaan dan bunuh diri telah dimulai pada usia yang semakin lama kian dini (semakin muda). Dari penelitian itu diketahui pula bahwa meningkatnya kasus-kasus depresi dan bunuh diri erat kaitannya dengan situasi krisis (politik, sosial, ekonomi dan moral), pengangguran, kemiskinan, persaingan yang keras dan kriminalitas.
Kegagalan dalam dalam menangani kasus percobaan bunuh diri adalah sangat mendasar adalah belum memahaminya konsep dan arti hidup ini secara mendalam. Dengan kata lain usaha usaha yang dilakukan untuk meminimalisasi kasus bunuh diri hanyalah dari aspek badaniah dan emosional saja belum menyentuh hal yang secara lengkap sebagai individu. Pemahaman sang roh sebagai sumber kehidupan belum dieksplorasi secara lengkap seperti; siapa diri kita, kenapa terjadi penderitaan duniawi ini, apa itu reinkarnasi atau transmigrasi sang roh, bila melakukan sesuatu saat ini bila kemudian hari berreinkarnasi kembali, badan apakah yang akan didapat. Dan sebagainya.
Dalam makalah singkat ini akan diuraikan secara singkat tentang perjalanan sang jiwa dengan mengendarai badan-badan material ini dan badan apa yang didapatkan kelak bila seseorang yang melalukan bunuh diri.
SANG ROH DAN REINKARNASI

Reinkarnasi, samsara, atau punarbawa bukanlah istilah yang dimiliki oleh golongan masyarakat tertentu, tetapi sudah menjadi milik universal. Kalau dahulu banyak yang menganggap reinkarnasi merupakan tahayul atau mistik, namun saat ini sudah merupakan istilah yang umum digunakan dimana-mana. Apalagi setelah banyak ilmuwan melakukan penelitian ilmiah tentang reinkarnasi. Penelitian ilmiah tentang reinkarnasi mungkin akan melahirkan paradigma baru terhadap fenomena alam yang tidak dapat dijelaskan melalui teori ilmiah saat ini. Seperti keaneka ragaman bentuk makhluk hidup, kemampuan bawaan, nuansa kejiwaan dan lainnya, tidak dapat dijelaskan dengan ilmu pengetahuan modern.
Fenomena-fenomena yang berhubungan dengan reinkarnasi memang sulitCdbi dibuktikan dengan metode empiris, namun para ilmuwan mempelajarinya melalui gejala adanya beraneka bentuk badan material dan gejala adanya sang roh yang merupakan partikel rohani yang memberikan daya hidup kepada setiap mahluk. Sama seperti seorang akhli jiwa dan psikiater yang mempelajari prilaku manusia yang berhubungan dengan adanya jiwa. Mereka sendiri tidak mengetahui tentang jiwa, tetapi mengamati gejala-gejala adanya jiwa dengan manifestasinya. Reinkarnasi sebagai suatu proses perpindahan sang roh dari satu badan ke badan lainnya merupakan pengetahuan yang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Kitab Bhagavadgita merupakan dialog langsung antara Personalitas Tertinggi Sri Krishna dengan Arjuna yang terjadi sekitar 5000 tahun lalu ditanah Kuruksertra merupakan sumber pengetahuan tentang reinkarnasi. Dalam kitab tersebut diuraikan dengan jelas tentang sang roh yang merupakan percikan api rohani, bersifat kekal. Berbeda dengan badan material yang bersifat sementara, juga diulas secara mendalam tentang proses pergantian badan, sehingga mendapatkan beraneka badan material. Oleh karena itu, untuk memahami reinkarnasi hendaknya memahami dahulu tentang sang roh. Badan-badan baru yang didapat sangat dipengaruhi oleh hukum alam yang dikendalikan oleh Personalitas Tertinggi.
Sebagai ilustrasi, setiap masyarakat atau negara mempunyai sistem yang mengatur masyarakatnya dalam berperilaku. Sistem tersebut dikenal sebagai; legislatif(produk undang-undang), eksekutif (pelaksana) dan yudikatif(peradilan, penjara). Demikian juga dalam negara dan masyarakat super besar yaitu alam semesta yang dikendalikan oleh Personalitas yang Mahakuasa, Mahaadil, Mahabijaksana. Hukum alam dalam skala kosmik (Cosmic Justice) disebut; Dharma-Karma-Samsara. Telah disiapkan Dharma, aturan-aturan yang hendaknya digunakan sebagai pedoman, Karma, sebagai perilaku yang membuahkan hasil, dan samsara sebagai suatu proses pergantian badan yang berulang kali sebagai akibat dari karma tersebut.
beraneka badan material dengan segala penderitaannya seperti; cacat bawaan, gangguan mental dan penyakit fisik lainnya. Jadi badan dapat dikatakan sebagai penjara yang mengurung sang roh dengan karmanya, ada beraneka penjara badan material tergantung sifat alam dan karma masa lalunya.

KITA INI BUKAN BADAN

Bila kita berbicara tentang konsep hidup dan kehidupan, maka cobalah dengan mengajukan pertanyaan sederhana kepada diri kita.  Siapakah diri kita sebenarnya? Dari mana kita berasal? Apa tujuan hidup ini?  Ada yang mengaku saya orang kaya, ada yang mengaku saya orang kuat, ada yang mengaku saya dari Amerika, Indonesia dan sebagainya. Pengakuan tersebut memproyeksikan badannya sebagai dirinya. Dalam Bhagavadgita disebutkan : mamaivamso jiva-loke jiva-bhutah sanatanah manah-sasthanindriyani prakrti sthani karsati - mahluk-mahluk di dunia yang terikat ini adalah bagian percikan yang kekal dariKu, mereka berjuang keras melawan 6 indria termasuk pikiran(Bg. 15.7).
Srila Prabhupada, salah seorang guru kerohanian dari Brahma-vaisnava sampradaya, yang terkenal abad ini, menekankan sloka tersebut bahwa semua mahluk hidup termasuk manusia adalah percikan kekal dari Personalitas Tertinggi Tuhan. Semua mahluk hidup berasal dari sumber yang sama dan karena kekeliruannya mengembangkan kehendak bebasnya dan terikat oleh sifat alam menjadi jatuh kedunia material dengan mendapat beraneka badan material. Percikan api rohani bersifat rohani, kekal, tidak diciptakan, tidak pernah musnah dan selalu mengembara dari badan satu ke badan yang lainnya yang beraneka jenis badan yang telah disiapkan dengan proses penciptaan. Dalam Bhagavadgita dinyatakan: ”seperti halnya sang roh terkurung di dalam badan terus menerus mengalami perpindahan di dalam badan ini, dari masa kanak-kanak, masa remaja sampai usia tua, begitu juga sang roh masuk ke dalam badan lainpada waktu meninggal. Orang yang tenang tidak bingung karena penggantian itu”(Gita 2.13).  Demikian juga kalau kalau badan sudah rusak dan tidak dapat dipakai maka sang roh akan pindah mencari badan lainnya seperti halnya seseorang memakai jas baru dan menanggalkan jas lama yang sudah usang demikian seterusnya. Jenis badan-badan yang akan didapatkan sangat tergantung dari pikiran dan kesadarannya pada saat meninggalkan badan. ”Mahluk hidup pindah dari satu badan ke badan lainnya dengan membawa kesadaran masing-masing, seperti udara yang membawa jenis bau-bauan tertentu. Berdasarkan kesadaran demikian mahluk hidup meninggalkan badan dan menerima badan baru yang lain.(Bg 15.8). Perpindahan sang roh dari satu badan ke badan lainnya disebut reinkarnasi atau samsara. Reinkarnasi adalah hukum alam yang bersifat universal untuk setiap mahluk siapa saja.
Jadi sesungguhnya diri kita yang sejati adalah sang roh (aham brahma asmi) aku adalah roh, bukan badan, oleh karena keterikatan dengan sifat alam (triguna) maka jatuh ke alam material dengan menerima badan-badan material berulang kali. Dalam Bhagavadgita bab dua telah panjang lebar diuaraikan bahwa sang roh adalah kekal tidak dapat dibunuh walaupun badan terbunuh, tidak diciptakan dimasa lalu, masa sekarang maupun masa yang akan datang. Walaupun badan berubah dari bayi, anak, dewasa dan menjadi tua maka sang roh yang ada didalamnya adalah sama. Demikian juga bila sang roh meninggalkan badan dan mendapatkan badan yang baru lagi, sang roh tetap sama sebagai tenaga spiritual Tuhan(Visnu sakthi). Ukuran sang roh sangat kecil sebesar seperseratus ribu dari ujung rambut sehingga sangat sulit dilihat. Seperti halnya partikel-pertikel atom listrik yang mengalir pada sebuah kabel, kita tidak dapat melihat ada aliran listrik, tetapi kita dapat mengatahui bahwa listrik tersebut dapat memanaskan air, dapat menjalankan mesin dan sebagainya.
Dalam manifestasinya sang roh dibungkus dan dikawal oleh badan kasar dan badan halus. “Bhumir apo ‘nalo vayuh  kham mano bhudir eva ca ahankara itiyam me bhinna praktir astadha - Tanah, air, api, angkasa, pikiran, kecerdasan dan keakuan yang palsu keseluruhan delapan unsur ini merupakan tenaga material yang terpisah dariku(Bg. 7.4). Badan kasar yang disebut panca mahabhuta teridiri dari lima unsur dan badan halus terdiri dari manah (pikiran), budhi (kecerdasan) dan ahangkara (keakuan palsu) ketiga ini disebut tripremana. Keduanya merupakan tenaga material Tuhan (bahirangga sakti). Dengan demikian kita dapat mengetahui mana yang kekal dan mana yang tidak kekal dalam diri kita. Sang roh (tathasta sakti) yang kekal dan badan yang selalu berganti-ganti.

REINKARNASI DAN PERGANTIAN BADAN

Teori evolusi
mengandung banyak kelemahan karena memandang mahluk dari aspek material atau bentuk fisiknya saja. Setiap mahluk hidup memiliki san roh (spiriton), gejala adanya sang roh adalah ‘kesadaran’, berkembang biak, mencari makan, mempertahankan diri dan sebagainya. Yang terjadi sebenarnya adalah evolusi kesadaran atau spiritual. Dalam Brahma-vaivarta Purana dinyatakan ‘asitim caturas caiva laksams tan iva-jatisu, bhramadbhih purusaih prapyam manusyam janma paryayat, tad apy aphalatam jatah tesam atmabhimaninam, varakanam anasritya govinda-carana-dvayam’ - "Seseorang mencapai bentuk kehidupan manusia setelah bertransmigrasi melelaui 8.400.000 spesies dengan proses evolusi gradual. Bahwa bentuk kehidupan manusia dapat menjadi kurang bijaksana dan angkuh yang tidak berlindung kaki padma Govinda(
Krishna
)." Selanjutnya dalam Padma Purana ; jala-ja nava-laksani sthavara laksa vimsati, krmaya rudra-sankhyakah paksinam dasa-laksani, pasavas trimsa-laksani manusya catur-laksani - ada 900.000 spesies yang hidup di air; 2.000.000 spesies tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan; 1.100.000 spesies serangga; 1.000.000 spesies kehidupan burung; 3.000.000 spesies binatang buas; dan 400.000 spesies kehidupan manusia."
Pengetian spesies disini berbeda dengan yang dikemukanan ahli biologi yang berarti bentuk badan material. Namun pengertian dalam sastra didasarkan pada tingkat kesadaran, ada 400.000 spesies manusia, yang dimaksud adalah tingkat kesadaran yang berbeda.
Proses evolusi ini melalui 8.400.000 spesies kehidupan, yang telah berlangsung sejak waktu berabad-abad yang lalu. Seperti disebutkan diatas bahwa sang roh tidak pernah musnah, san roh selalu bertransmigrasi dari satu badan ke badan lain,  seperti seorang memakai baju-baju baru, dan meninggalkan yang lama yang usang, begitu juga sang roh menerima badan-badan yang baru. Dengan cara demikian sang roh bertransmigrasi. Dengan sederhana dapat dikatakan bahwa bdan-badan material ini merupakan penjara-penjara yang siap dihuni oleh sang roh dengan aneka kesadaran saat kehidupan sebelumnya.
Kesempatan mendapatkan badan manusia merupakan karunia yang luar biasa, karena memiliki kesadaran, kecerdasan yang lebih dibandingkan dengan badan yang lebih rendah. Dalam Vedanta-sutra menyatakan ‘athato brahma-jijnasa – ‘oleh karena itu, sekarang, saatnya untuk bertanya tentang realitas Brahman.’ Siapakah diri saya? Apa tujuan hidup ini, kenapa ada  aneka penderitaan dalah hidup ini? Apa tujuan terakhir dari hidup ini?  Pertanyaan mendasar kenapa ada aneka penderitaan dan penyakit material, karma-karma pada kehidupan masa lalu menentukan bentuk kehidupan saat ini dan karma saat ini akan mempersiapkan badan-badan material untuk kehidupan yang akan datang. Dalam Bhagavadgita dan Bhagavata purana banyak sekali penjelasan mengenai reinkarnasi dan merupakan sumber utama untuk mempelajari reinkarnasi. Dikisahkan juga beberapa peristiwa yang terjadi dimasa lalu tentang Rsi-rsi agung yang jatuh mendapatkan badan yang lebih rendah karena pikirannya terikat dengan dunia material.

BUKTI ILMIAH REINKARNASI

Bukti ilmiah tentang hubungan penyakit saat ini atau cacat lahir yang berhubungan dengan kehidupan masa lalunya telah diungkapkan oleh Dr. Ian Stevensson, seorang psikiater dari Universitas Virginia Amerika. Dari hasil pengamatannya selama tidak kurang 30 tahun dan disusun dalam beberapa bukunya seperti; Children Past Lives, Twenty Cases Suggestive of Reincarnation, Where Reincarnation and Biologiy Intersect. Dalam contoh kasus yang diteliti secara signifikan menunjukkan adanya cacat lahir dan beberapa penyakit yang berhubungan dengan kehidupan masa lalunya. Demikian juga Raymond A Moody, salah satu diantara banyak ilmuwan yang tekun meneliti reinkarnasi dalam bukunya yang berjudul ”Life after life”, yang menceritakan banyak pengalaman seseorang pada saat menjelang kematian (near-death experience), hal itu menunjukkan adanya kehidupan setelah kematian. Perkembangan berikutnya banyak peneliti dari berbagai perguruan tinggi melakukan pengamatan terhadap fenomena reinkarnasi atau kehidupan masa lalu(past live). Banyak jurnal ilmiah seperti; The scientific exploration, Journal of Neuroscience & Mental Health, yang melaporkan fenomena reinkarnasi dengan pendekatan ilmiah. Berbagai cara yang populer digunakan oleh para peneliti untuk membuktikan adanya kehidupan masa lalu, seperti:
Déjà vu. Istilah Deja Vu ini sudah ada sejak jaman dahulu kala dan sudah sering dipublikasikan di berbagai tulisan, literatur, maupun film. Istilah tersebut diperkenalkan pertama kali oleh seorang peneliti Prancis, Emile Boirac(1851 - 1917) yang artinya Already Seen atau Promnesia,  istilah untuk menggambarkan sebuah perasaan bahwa seseorang telah mengalami suatu keadaan yang baru beberapa waktu sebelumnya. Seseorang seperti telah mengenal atau mengalami suatu peristiwa sebelumnya. Fenomena tersebut merupakan bangkitnya ingatan masa lalu yang sulit digambarkan.
Ingatan Spontan. Umumnya terjadi pada anak-anak, dengan ingatan muncul begitu saja tanpa diketahui asalnya. Bayang-bayang dan suasana dapat muncul dalam ingatan dan subyeknya kadangkala dapat merasakan bahwa mereka sendiri adalah bagian dari ingatan tersebut.
Mimpi-mimpi. Seseorang sering kali mimpi dengan pengalaman yang sama sekali tidak pernah dialaminya. Mimpi-mimpi tertentu dapat menggambarkan pengalaman masa lalunya atau kehidupan masa lalu (past live).
Hipnotis. Hipnotis merupakan teknik komunikasi yang dapat mempengaruhi alam pikir bawah sadar, sehingga seseorang yang terhipnotis dapat mengungkapkan pengalaman masa lalunya. Cara ini telah digunakan puluhan tahun untuk terapi psikiatris, di negara barat lebih dikenal dengan nama past live regresion therapy. Penelitian Ian Stevenson banyak mempergunakan cara ini sehingga seseorang dapat menceritakan pengalaman kehidupan masa lalunya, kemudian dicari alibinya, dicocokkan dengan hasil rekamannya.
Banyak lagi cara yang dianggap akurat untuk menilai adanya kehidupan masa lalu, dengan demikian reinkarnasi merupakan suatu fakta ilmiah bukan sekedar mistik atau tahyul. Seperti sastra mengatakan bahwa pengembaran sang roh didampingi oleh badan halus(pikiran, kecerdasan dan keakuan palsu) badan halus inilah yang menampung semua memori selama perjalanan sang roh.
KARMA SEBAGAI PENYEBAB PENYAKIT

Kemajuan ilmu kedokteran demikian pesatnya. Penyakit-penyakit yang dahulu tidak diketahui penyebabnya, kini telah ditemukan bahkan sampai pada tingkat molekuler yaitu molekul chromosome dan DNA(deoxynucleic acid) yang merupakan molekul terkecil dalam inti sel, sebagai pusat informasi kehidupan. Susunan DNA tertentu akan menghasilkan zat-zat fungsional tertentu yang sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia, seperti; enzim, hormon, zat kekebalan dan protein lainnya. Ada yang mengatakan bahwa DNA itulah kehidupan, sesungguhnya tidak, DNA tetap saja unsur kimia yang bersifat material. Terjadinya penyakit tertentu sebagai akibat adanya gangguan terbentuknya zat-zat fungsional tersebut sehingga menyebabkan kelainan pada fisik(penyakit). Gangguan terbentuknya protein-protein tersebut telah diketahui akibat terjadi gangguan mesin produksi di dalam untaian DNA. Kembali muncul pertanyaan yang paling mendasar, siapakah yang menyebabkan terjadi kelainan DNA tersebut? Ilmu kedokteran modern belum bisa menjawab pertanyaan tersebut. Kenapa ada beraneka jenis badan; berbadan sehat, berbadan cantik, menderita sakit fisik tertentu, menderita sakit jiwa, cacat lahir, dan lain sebagainya. Pertanyaan tersebut sepenuhnya belum ada seorang ahli yang bisa menjawab. Personalitas Tertinggi Tuhan yang pasti bisa menjawabnya.
Banyak penyakit masih mengandung misteri yang sulit diungkapkan, seperti tuberkulosis, kusta, kanker, penyakit degeneratif dan lainnya. Parameter adanya penyakit berdasarkan penyamatan obyektif atas fakta-fakta empiris di laboratorium saja, atau berdasarkan kelainan organobiologis. Pengetahuan kita tentang sang roh dan transmigrasi sang roh sangat terbatas. Sang roh sebagai partikel rohani merupakan percikan kekal dari Tuhan disebut spiriton. Istilah spiriton diperkenalkan oleh HH Bhaktisvarupa Daomada Swami pada setiap kesempatan sebagai penbicara dalam pertemuan internasional tentang Sains dan Spiritualitas. Disebut spiriton untuk membedakan dengan struktur sub atomik dari proton, elektron yang merupakan partikel dari tenaga material. Seperti dijelaskan diatas bahwa manusia terdiri dari; spiriton (sang jiva) sebagai tenaga rohani, pikiran, kecerdasan dan keakuan palsu sebagai tiga badan halus yang selalu menyertai kemana sang roh bertransmigrasi, serta badan kasar yang terdiri dari lima unsur material. Sang roh bersifat kekal, badan kasar selalu berganti. Telah disediakan berbagai aneka badan bagi sang roh sesuai dengan tingkat kesadarannya. Jadi badan merupakan penjara-penjara yang siap dihuni oleh sang roh dari berbagai tingkat kesadaran. Mendapatkan badan material merupakan penderitaan dengan berbagai manifestasinya, cacat, ganggual mental, sakit fisik dan sebagainyaa. Karma atau perbuatan di masa lalu akan menentukan jenis badan yang akan datang, hal ini sangat dipengaruhi oleh sifat alam (triguna).
Hubungan karma masa lalu dengan penyakit yang diderita saat ini telah banyak diuraikan dalam beberapa purana, terutama dalam Garuda purana sebagai contoh:
brahma ksayarogi syad go-ghnah syat-kubjako jadah kanya-ghati bhavet kustho trayas candala yonisu – membunuh brahmana akan menderita sakit paru-paru, pembunuh sapi akan mendapat badan yang punggungnya pungkuk dan pandir, mereka yang membunuh gadis akan akan menjadi lepra, ketiganya lahir sebagai candala(Garuda Purana V.3).
yaksa raudropajivi ca marge sarthan vilumpati mrgayavyasani yas tu chagah syad dadhika grhe - orang yang hidup dengan kekerasan, merampok, suka berburu, pasti akan menjadi domba dirumah pembantaian (Garuda Purana V.15).
Orang yang sombong dengan fisiknya yang kuat dan menyalahgunakan kekuatannya untuk menindas dan berkelahi dengan orang lain, akan  menderita penyakit epilepsi.
Orang yang membakar rumah dan menyebabkan orang lain meninggal, akan mendapatkan penyakit demam dan pembengkakan pada kulit dan melepuh di kulit.
Orang yang menghina kebesaran Tuhan, dan orang yang mengatakan para pendeta adalah orang gila dan kitab suci adalah tidak masuk akal, akan mendapatkan kanker lidah dan menjadi bisu.
Merampok hak milik orang dan menembak orang, akan menjadi korban pada saat terjadi penyebaran penyakit dan akan menderita setiap saat terhadap penyakit yang sering kambuh.
Seseorang yang menyakiti anak-anak, membenci anak-anak, bahkan membunuhnya akan mendapatkan badan yang mandul (infertil).
Garuda purana

2.22.3; Seseorang yang melakukan kegiatan berdosa yang sangat kejam akan menjadi setelah mati. Dengarkanlah saya akan memaparkan secara detail.
2.22.4-5; Dia yang menajiskan kolam penampungan air, danau, taman, taman suci, air sungai, hutan, tempat penampungan orang miskin, dan mnyesatkan orang dari upacara keagamaan dan mengumpulkan banyak uang adalah seorang pendosa. Setelah kematiannya akan menjadi hantu dan tetap seperti itu sampai akhir zaman.
2.22.8-13; Seseorang yang mengalami kematian yang tidak wajar seperti; bunuh diri dengan cara menggantungkan diri diatas pohon, dengan racun ataupun dengan senjata. Seseorang yang membakar diri hidup-hidup sampai mati, mati karena penyakit-penyakit menjijikkan. Seseorang yang tidak dikremasi saat meninggal, seseorang yang jatuh dari ketinggian dan meninggal, atau meninggal karena gigitan anjing akan menjadi hantu setelah meninggal.
Pernyataan diatas adalah sedikit cuplikan dari banyak sloka yang berhungungan dengan karma masa lalu dan penderitaan badan (penyakit) kelak. Demikian juga kegiatan yang berdosa yang kita lakukan saat ini akan menentukan penyakit dan penderitaan pada kehidupan yang akan datang.
PENDEKATAN BIOPSIKOSOSIO-SPIRITUAL

Konsep sehat oleh World Health Organization memberikan batasan sehat dari 3 dimensi, sehat dalam arti fisik (organobiologik), mental (psikologik) dan sehat dalam arti sosial, namun sejak 1984 batasan tersebut dikembangkan dengan melibatkan aspek spiritual, yang lebih dikenal dengan biopsychosocial-spiritual model. Hal tersebut sesuai dengan komponen manusia secara utuh dengan komponen fisik, psikhis dan spiritual (sang roh, sebagai identitas sejati). Seseorang yang menderita sakit, selain menderita secara fisik, dan psikologis juga sangat menderita dalam arti spiritual. Terutama pasien terminal yaitu penyakit khronis(menahun) dan tak mungkin dapat disembuhkan dengan pengobatan medis seperti ; kanker, sakit ginjal kronis, infeksi berat, kencing manis, sakit jantung dan sebagainya. Pasien akan merasakan spiritual pain. Kenapa Tuhan memberi penderitaan seperti ini? Apalah artinya hidup ini? Kenapa Tuhan tidak menunjukkan keadilan lagi? Oh .. Tuhan ambilah nyawa saya! Banyak lagi pertanyaan serupa yang menunjukkan adanya spiritual pain. Disinilah peran pendekatan spiritual yang bertujuan untuk lebih memahami arti hidup yang sesungguhnya, pasrah sepenuhnya, menyerahkan diri kepada Tuhan. Seseorang tidak akan lepas dari penderitaan material; kelahiran, usia tua, sakit dan akhirnya meninggal(perpindahan sang roh), semua ajaran agama telah memberikan petunjuk bagaimana menyambut perpindahan sang roh tersebut agar badan yang akan didapatkan kelak meningkat secara spiritual dan bahkan mencapai planet yang paling tinggi yaitu planet rohani. Dalam kitab agama manapun tersirat bahwa sang roh akan mencapai tempat tertinggi bila pada saat meninggal kesadaran kita dalam suasana iman dan taqwa (sradha dan bhakti), seseorang pada saat menghembuskan nafas terakhir ingat kepada Tuhan dan menyebutkan nama-nama suci Tuhan, maka sang roh akan bebas dari lingkaran kelahiran-kematian. Dalam Bhagavadgita disebutkan bahwa pikiran seseorang menjelang meninggal sangat mempengaruhi jenis kehidupan yang akan datang. “Keadaan apapun yang diingat seseorang pada saat meninggalkan badannya, keadaan itulah yang akan dicapai”(Bg 8.6). Dengan demikian badan yang akan didapat kelak sangat dipengaruhi oleh pikiran, mungkin akan lahir dengan badan manusia, mungkin mendapat badan yang lebih rendah atau mungkin badan yang lebih tinggi seperti para Dewa. Sri Krishna bersabda: ”janma karma ca me divyam  evam yo vetti tattvatah  tyakta devam punar janma  naiti mam eti so ‘rjuna.” – orang yang mengenal sifat rohani, kelahiran, kegiatanKu tidak akan dilahirkan lagi didunia material ini setelah meninggalkan badan, melainkan ia mencapai tempat tinggalKu yang kekal, wahai Arjuna. (Bg 4.9). Itulah tujuan utama dari kehidupan, terminal terakhir dari pengembaraan sang roh adalah melepaskan diri dari siklus kelahiran dan kematian, kembali kepada sumbernya yang asli sebagai pelayan kekal Sang Maha Pencipta, Personalitas Tuhan.
Metode pendekatan spirutual telah banyak dilakukan di beberapa rumah sakit besar di dunia, dan telah dipublikasikan di majalah ilmiah kedokteran international seperti New England Journal of Medicine, British Medical Journal dan lainnya, dengan hasil yang memuaskan. Seorang pasien kanker atau penyakit terminal lainnya, dengan pendekatan spiritual berhasil memperpanjang hidup, meningkatkan kwalitas hidup, mengurangi rasa sakit dan mengurangi tingkat stresnya. Pasien dengan HIV, dengan pendekatan spiritual berhasil meningkatkan kekebalan tubuhnya dengan meningkatnya sel T helper. Banyak lagi hasil penelitian peran pendekatan spiritual dengan tujuan untuk meningkatkan kwalitas hidup dan kwalitas mati pasien (peaceful dying).
Pendekatan spiritual sering disebut sebagai bimbingan spiritual, bimbingan rohani, konseling spiritual, konseling pastoral dan sebagainya, adalah upaya dengan sadar dan teratur mendampingi pasien untuk meningkatkan kesadaran menjelang kematian. Hal tersebut hanya dapat dicapai dengan menyucikan badan material kita. Sesuai dengan sastra proses penyucian tersebut dapat dilakukan dengan melantunkan mantera suci dengan tulus. Matera penyucian di zaman Kali sekarang menurut Kalisantarana upanisad adalah maha mantra : Hare Krishna Hare Krishna, Krishna Krishna Hare Hare, Hare Rama Hare Rama, Rama Rama Hare Hare. Dilantunkan dengan penuh riang maka benih pengetahuan, bibit bhakti yang ada dalam hati akan tumbuh berkembang, itulah resep yang dianjurkan untuk zaman sekarang.*
Refferences

1. Damodara, BS. 1996. The Scientific Basis of Consciousness. The Bhaktivedanta Book Trust, Mumbai
,
India
:
2. Damodara , BS. 1988. The Principle of Reincarnation in Consciousness The Missing Link. The Bhaktivedanta Book Trust. ,
India
. P. 57-68
3. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Bhagavadgita Menurut Aslinya (terjemahan)
4.

I.
1997. Where Reincarnation and Biologiy Intersect. Praeger Publisher. London

5.

I.
1974. Twenty Cases Suggestive of Reincarnation. University Press of Virginia
,
Charlottesville
. P

6. Moody RA. 1975. Life After Life. Mockingbird ,
Georgia
.
7. Webster R. 2001. Past-life Memories: Twelve Proven Methods. Llewellyn Publications. ,
Minnesota
.
8. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. 1995. A Second Change : The Story of a Near-Death Experience. Bhaktivedanta Book Trust. ,
India
.
9. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. 1995. Life Comes From Life. Bhaktivedanta Book Trust. ,
India
.
10. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. 1984. Coming Back: The Science of Reincarnation. Bhaktivedanta Book Trust. ,
India
.
11. Haraldsson E. 2000. Birth Mark And Claims of Previous-life Memories : I. The Case of Purnima Ekanayake. J of Society for Psychical Res 64/1 : 16-25.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar