Sabtu, 28 Mei 2011

Mengganti Badan

Jati diri kita yang sejati adalah sang roh, bukanlah badan. Roh bersifat tidak berubah-ubah dan abadi tidak akan berubah bila badan berubah, tidak akan musnah apabila badan ini musnah. Sang roh bersemayam di dalam badan, dan menjadi penguasa badan, tetap sama walaupun badan tumbuh dan berkembang, dan berpindah ke badan lain jika badan itu musnah.
Sri Krishna menjelaskan tentang reinkarnasi di bagian awal Bhagavad-gita  (2.13):
dehino ‘smin yatha dehe
kaumaram yauvanam jara
tatha dehantara-praptir
dhiras tatra na muhyati
”Seperti halnya sang roh yang terkurung dalam badan terus menerus mengalami perpindahan, dari masa anak-anak ke usia muda, dan dari usia muda ke usia tua, begitu juga sang roh berpindah ke tubuh lain saat sang badan mengalami kematian.” Kita semua pernah memiliki badan sebagai seorang bayi, dan sekarang memiliki badan sebagai seorang yang masih muda. Kedua badan ini sangatlah berbeda. keduanya sama sekali tidak sama, dan segala kandungan kimia yang terkandung didalamnya telah berubah secara total. Tetapi bagaimanapun juga Ibu kita tetap mengenal kita sebagai orang yang sama.
Saat kita berusia tigapuluhan atau empatpuluhan, sekali lagi badan kita akan terlihat berbeda, tapi kita tetaplah orang yang sama. Jadi, “Apakah yang tetap sama itu?” itu adalah diri kita yang sebenarnya, sang roh yang bersifat spiritual. Dengan cara ini kita dapat menyelidiki reinkarnasi dalam suatu batas tertentu dalam kehidupan yang sekarang ini. Saat seorang meninggal, kita umumnya mengatakan, “Dia telah pergi,” walaupun dia sedang berbaring disamping kita. Mengapa kita berkata dia sudah pergi? Siapakah yang pergi? Kemana dia pergi? tubuhnya masih ada disana sedang berbaring, tapi kita seharusnya sudah mengerti bahwa sang roh-lah yang telah pergi. Orang yang kita pikir kita kenal tidaklah pernah sama dengan tubuhnya. Bahkan sesungguhnya, tidak ada seorangpun yang pernah melihat personalitas(sang diri/atma) yang sebenarnya.
Seorang artis yang cantik mungkin dipuja oleh berjuta-juta orang, tetapi saat dia meninggal, tidak ada seorangpun yang akan tertarik kepadanya, walaupun badannya masih terlihat sama. Sebenarnya, badannya bukanlah objek ketertarikan kita yang sebenarnya. Walau anda mencoba untuk memberikan suatu unsur kimiawi tertentu yang hilang kedalam badannya, anda tetap tidak bisa membuatnya hidup lagi karena sang roh telah pergi dari badannya. Krishna bersabda dalam Bhagavad-gita   (2.20,22), “Bagi sang roh tidak ada kelahiran ataupun kematian pada saat manapun. Dia tidak diciptakan pada masa lampau, Ia tidak diciptakan pada masa sekarang, dan dia tidak akan diciptakan pada masa yang akan datang. Dia tidak dilahirkan, berada untuk selamanya dan bersifat abadi. Dia tidak terbunuh bila badan dibunuh. … Seperti halnya seseorang mengenakan pakaian baru dan membuka pakaian lama, begitu pula sang roh menerima badan-badan jasmani yang baru, dengan meniggalkan badan-badan lama yang tidak berguna.”
Sekarang para ilmuwan mungkin akan bertanya, “Tetapi sekarang apakah bukti mengenai sang roh dan reinkarnasi? Tidak ada seorangpun yang pernah meneliti ini secara langsung.” Tantangan ini menganggap bahwa seluruh “fakta” ilmiah telah diteliti secara langsung. Ini, tentu saja sama sekali tidak benar. Berjuta-juta anak diajarkan bahwa kehidupan datang dari benda mati(matter), bahwa semua ini dimulai dengan “big bang” atau “Sup Purba”, dan kemudian secara untung-untungan zat-zat kimia mulai mengatur diri mereka sendiri dan secara perlahan meningkat menjadi suatu bentuk manusia yang sangat cerdas.
Kita dengan sangat yakin dapat mengatakan bahwa TIDAK ADA SEORANGPUN YANG MENELITI SECARA LANGSUNG PROSES INI, karena ini terjadi jauh sebelum satupun dari pada para peneliti manusia itu lahir didunia ini, dan tentu saja tidak ada seorangpun yang hidup sekian juta tahun untuk menyaksikan proses itu. Teori yang mengatakan bahwa kehidupan naik secara bertingkat dari zat-zat kimia sama sekali tidak pernah terbukti. Tidak ada seorangpun yang berhasil menghasilkan suatu kehidupan dari benda-benda mati.
Namun kita bisa, bagaimanapun juga, melihat setiap hari bagaimana mahkluk hidup menghasilkan benda mati seperti : rambut, keringat, jari kuku, dan lainnya. Karena itu, reinkarnasi lebih sesuai untuk menjelaskan fenomena yang tampak daripada evolusi kimia. Benda mati sangatlah bergantung pada mahkluk hidup. Kita dapat melihat sang badan berubah, namun diri kita tetaplah sama, dan kita dapat melihat bagaimana kehidupan menghasilkan benda mati.
Disesatkan oleh teori-teori ilmiah modern, sehingga orang-orang menolak pengetahuan mengenai sang roh dan hukum universal tentang reinkarnasi. Mereka berpikir bahwa kematian adalah akhir dari keberadaan kita, dan karena itu kita harus mencoba untuk menikmati kehidupan diri sebanyak mungkin. Filsafat jenis ini adalah filsafat yang menciptakan kekejaman, keegoisan, kriminal, dan rasa tidak bertanggung jawab. Orang-orang tidak tahu walaupun mereka dapat melarikan diri dengan melakukan kecurangan atau tipu-muslihat dari otoritas duniawi untuk menghindari reaksi perbuatan mereka, namun mereka tidak dapat melarikan diri dari hukum halus yang menyatakan bahwa setiap aksi pasti akan menghasilkan suatu reaksi. Dengan mengerti reinkarnasi akan mengilhami kita untuk hidup secara lebih bertanggung jawab dari segi moralitas, kejujuran, dan kasih bagi manusia yang menderita, karena kita tahu bahwa kita harus bertanggung jawab terhadap perbuatan kita di kehidupan yang akan datang.
Reinkarnasi menjelaskan berbagai fenomena yang tampaknya membingungkan. Contohnya, bagaimana Mozart dapat meluluhkan hati orang-orang dengan permainan pinonya saat dia baru berumur lima tahun, sementara orang lain tidak dapat bermain dengan baik walaupun sudah bertahun-tahun latihan? Jawabannya sederhana: Mozart telah berlatih paling tidak sejak satu kehidupan sebelumnya.
Argumen ini mungkin tidak terlalu ilmiah, tapi ini lebih masuk akal dari pada mengatakan bahwa kemampuan kita datang begitu saja. Tentu saja, beberapa orang menolak reinkarnasi tanpa penjelasan yang empiris. Untuk hal ini kita bisa mengatakan reinkarnasi bukanlah sesuatu yang bisa diuji dalam laboratorium. Di lain pihak, banyak yang lainnya menerima fenomena yang juga tidak bisa dijelaskan dengan cara yang seperti itu juga. Cinta, penyesalan, kemarahan, kepedulian dan lainnya tidak bisa diuji dalam laboratorium. Namun kita semua tahu bahwa semua itu ada.
Menolak reinkarnasi begitu saja adalah sifat yang dogmatis. Paling tidak seseorang harus mengakui bahwa dia tidak tahu apakah reinkarnasi itu betul-betul ada atau tidak. Lagi pula, tidak ada bukti yang menyatakan bahwa reinkarnasi itu tidak ada. Jika seseorang menjalani hidupnya dengan menentang hukum alam, menentang ajaran dari kitab suci, menentang ajaran-ajaran para orang sudah insaf akan dirinya, dia beresiko untuk lahir sebagai binatang atau sesuatu yang lain dengan keadaan lingkungan yang tidak diinginkan. Bahkan jikalau segala sesuatu berakhir saat kematian, dia tidak dapat menjamin, dia akan bahagia dengan hidup secara tidak bertanggung jawab, tanpa peduli dengan kehidupannya dimasa yang akan datang.
Dalam Bhagavad-gita  (16.23) Sri Krishna memberikan nasehatnya:
yah sastra-vidhim utsrjya
vartate kama-karatah
na sa siddhim avapnoti
na sukham na param gatim
“Dia yang tidak mengindahkan dan bertindak semaunya sendiri tidak mencapai suatu kesempurnaan, tidak juga kebahagiaan, dan juga tidak akan mencapai tujuan hidup yang tertinggi.”
Seorang pemuja, bagaimanapun juga, tidak akan merugi. Jika reinkarnasi adalah suatu fakta, dia pastilah akan mencapai tujuan yang lebih baik dikehidupannya yang akan datang. Dan walaupun reinkarnasi tidak benar, hidup dari seorang pemuja tetaplah suatu kehidupan yang bahagia.
Selain pertimbangan ini, para pemuja sadar bahwa kesadaran Krishna(Kesadaran Tuhan) adalah suatu ilmu pengetahuan spiritual yang memungkinkan seseorang untuk menyadari suatu kebenaran filasafat yang sebenarnya. Dengan mempraktekkan bhakti-yoga, para pemuja menjadi bebas dari segala keraguan yang menyangkut karakteristik dari sang jiva dan kegiatannya. Lebih dari itu keinsafannya dibenarkan oleh kesusastraan Veda yang autoritatif dan dengan pembenaran dari ribuan orang suci dan rsi. Kehidupan manusia adalah suatu persimpangan jalan, ada kemungkinan untuk naik atau turun. Setelah berjuta-juta kehidupan kelahiran pada jenis spesies yang lebih rendah, kesempatan unik dari kehidupan manusia menghadiahkan kita suatu kekayaan untuk sekali dan selamanya menghentikan siklus kelahiran dan kematian dan mencapai posisi kita yang sebenarnya dan penuh kebahagiaan di dunia spiritual. Akanlah menjadi suatu yang sangat malang apabila kita menyia-nyiakan kesempatan seperti ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar