Minggu, 22 Mei 2011

HUKUM KARMA

APA ITU KARMA?

    Karma adalah salah satu topik yang sedikit diketahui oleh banyak orang, tetapi beberapa orang mengerti seluk-beluknya. Untuk memulainya, hukum ketiga Newton tentang gerak menyatakan bahwa setiap tindakan terdapat sebuah reaksi yang sama dan berlawanan. Pada ukuran universal, ini disebut hukum karma. Hukum karma pada dasarnya menyatakan bahwa setiap tindakan memiliki sebuah akibat dan apapun yang anda lakukan orang lain akan mengembalikannya pada anda. Lebih jauh lagi, pelanggaran terhadap hukum ini tidak ada pengampunan. Kita harus tetap bertanggung jawab untuk segala yang telah kita lakukan, apakah kita mengerti hukum karma atau tidak. Untuk itu, hal terbaik adalah mempelajari bagaimana hukum karma bekerja. Jika setiap orang mengerti hukum karma, kita semua akan hidup bahagia di dunia yang lebih baik. Mengapa? Karena kita akan mengerti bagaimana mengatur kehidupan kita sehingga kita tidak akan menderita akibat yang terus menerus dari apa yang telah kita lakukan dalam memperoleh tujuan hidup yang salah.


 
   Berdasarkan kitab suci Weda, karma adalah hukum sebab akibat. Untuk setiap tindakan ada sebabnya begitu juga dengan akibatnya. Karma adalah hasil dari melakukan perbuatan yang mengharapkan hasil bagi perkembangan badan dan pikiran. Seseorang mungkin melakukan perbuatan saleh yang akan menghasilkan akibat baik atau karma baik untuk kenikmatan yang akan datang. Atau seseorang mungkin melakukan perbuatan yang mementingkan diri sendiri atau apa yang sering disebut dengan perbuatan berdosa yang menghasilkan karma buruk dan penderitaan yang akan datang. Hal ini mengikuti seseorang ke manapun ia pergi di hidup ini atau kehidupan yang akan datang. Itulah karma, jenis kesadaran yang dikembangkan seseorang, menentukan akibat yang harus dialaminya.
    Svetasvatara Upanishad (5.12) menjelaskan bahwa makhluk hidup, sang roh, menerima banyak badan kasar dan badan halus berdasarkan tindakan yang ia lakukan, sebagaimana termotivasi oleh sifat-sifat material yang ia lakukan. Badan ini yang telah diperoleh selanjutnya menjadi sumber khayalan selama ia melupakan identitas sejatinya.

KARMA MENENTUKAN TAKDIR

 
    “Seperti halnya seseorang ditempatkan dalam keadaan menderita oleh takdir, takdir dapat juga menempatkan seseorang dalam keadaan yang membahagiakan.” (Penjelasan Srila Prabhupada, Srimad Bhagavatam 9.9.33).
     Hukum karma merupakan dasar dari proses perpindahan sang roh dari satu badan ke badan lainnnya. Secara harfiah karma berarti “tindakan,” tetapi sering kali karma dihubungkan dengan reaksi-reaksi yang terkumpul dari suatu perbuatan. Oleh karena itu kita berbicara tentang “karma baik” dan “karma buruk,” yang reaksi-reaksinya tersimpan dan secara bertahap menentukan takdir kita.
    Tindakan dan tanggung jawab dari roh individu terletak pada kemampuannya dalam kebebasan memilih. Hal ini hanya terdapat di dalam bentuk kehidupan sebagai manusia. Sementara di dalam spesies kehidupan yang lebih rendah, sang atman tidak melakukan keputusan moril tetapi ia terikat oleh naluri. Untuk itu, meskipun semua jenis kehidupan adalah subyek dari reaksi perbuatan-perbuatan masa lalunya, karma hanya dihasilkan ketika sang roh berada di dalam bentuk kehidupan manusia. Kehidupan manusia sendiri adalah sebuah kehidupan yang penuh tanggung jawab.
    Di dalam Bhagavad-gita (4.17) karma dikategorikan dalam daftar tiga jenis tindakan-tindakan manusia: (1) Karma: Tindakan yang menaikkan, (2) Vikarma: Tindakan yang menurunkan dan (3) Akarma: Tindakan yang tidak menciptakan reaksi baik ataupun buruk dan dengan demikian membawa menuju pembebasan.
    
JENIS-JENIS KARMA

    Di dalam “hukum karma”, terdapat istilah prarabdha, aprarabdha, dan kriyamana.
    Prarabdha-karma adalah hasil yang kita alami sekarang dari kegiatan yang kita lakukan di kehidupan sebelumnya. Hal ini terwujud sebagai keadaan kita sekarang di alam semesta (makro kosmos), sebagai keadaan kita sekarang di antara makhluk hidup lain (meso kosmos), dan sebagai keadaan badan dan pikiran kita sekarang (mikro kosmos). Jika hal ini menguntungkan, itu artinya kita sedang menikmati hasil dari kegiatan saleh kita di kehidupan sebelumnya. Jika hal ini tercampur – sebagian baik dan sebagian buruk – Ini adalah hasil dari kegiatan penuh nafsu kita di masa lalu. Jika sepenuhnya tidak menguntungkan terjadi pada kita, itu artinya kita menderita dari kegiatan bodoh atau berdosa kita di masa lalu.
    Aprarabdha-karma adalah timbunan reaksi potensial yang belum terwujud. Dari timbunan yang tidak terhingga dari benih-karma ini, buah (badan masa depan) akan berkembang tanpa henti. Di tengah-tengah keadaan yang telah kita ciptakan bagi diri kita sendiri oleh kegiatan kita sebelumnya, kita bertindak dari masa ke masa dan dengan demikian menciptakan reaksi yang baru dan baru lagi yang secara terus menerus menambah timbunan aprarabdha-karma.
    Kegiatan yang kita lakukan sekarang disebut kriyamana-karma. Kembali, hal ini sebenarnya bukan “kita” yang melakukan. Hal ini dilakukan oleh tiga sifat alam, seperti dinyatakan di dalam Bhagavad-gita 3.27. Kita secara salah mengenal diri kita dengan kegiatan tersebut, dan kemudian dipaksa oleh pengenalan yang sama untuk menerima reaksinya yang akan muncul seiring berjalannya waktu.
    Sang roh di dalam bentuk kehidupan sebagai manusia memiliki kekuatan untuk memilih kegiatan apa yang akan ia “lakukan”. Pilihan itu adalah antara kegiatan-kegiatan rohani dan material. Memilih kegiatan material, sang roh kehilangan kekuatan untuk memilih dan terikat dan di seret oleh sifat alam atau guna (kata guna berarti “tali”). Dan memilih kegiatan-kegiatan rohani berarti memilih untuk tunduk dan mematuhi Tuhan.     

MENGHANCURKAN KARMA

Śrī Brahma-saḿhitā 5.54

yas tv indragopam athavendram aho sva-karma-
bandhānurūpa-phala-bhājanam ātanoti
karmāni nirdahati kintu ca bhakti-bhājām
govindam ādi-purusam tam aham bhajāmi

“Aku memuja Sri Govinda, yang membakar habis sampai akarnya segala kegiatan yang mengharapkan hasil (karma) bagi mereka yang dikaruniai cinta bhakti dan secara adil mentakdirkan setiap kenikmatan yang disebabkan oleh hasil dari kegiatan seseorang, bagi mereka semua yang berjalan di jalan karma, sesuai rantai karma yang mereka lakukan sebelumnya, dari serangga kecil yang bernama indragopa sampai indra, raja para dewa.”
    Tuhan secara adil menginduksi roh yang jatuh agar bertindak sedemikian rupa sebagai akibat dari perbuatan yang mereka lakukan di kelahiran  sebelumnya dan untuk menikmati buah dari kegiatan mereka, tetapi, disebabkan karunia-Nya yang luar biasa kepada para penyembah-Nya, Tuhan mencabut dengan api siksa akar segala karma, kebodohan, dan keinginan jahat. Karma, meskipun tanpa permulaan, masih dapat dihilangkan. Karma bagi mereka, yang bertindak dengan harapan untuk menikmati hasilnya, menjadi kekal dan tanpa akhir dan tidak akan pernah dapat dihancurkan.
    Kegiatan dari sannyasa juga semacam karma yang sesuai dengan asrama tertentu dan hal ini tidak memuaskan Krishna ketika tujuannya adalah pembebasan pribadi, berkeinginan untuk kemerdekaan diri. Mereka juga menerima buah dari karmanya dan, bahkan jika kegiatan itu adalah hal-hal yang tidak penting karma mereka berakhir dalam atma - mamata, kenikmatan–pribadi.
     Tetapi bagi mereka yang merupakan penyembah murni selalu melayani Krishna dengan memuaskan indria-indria Krishna meninggalkan semua usaha karma dan jnana, dan menjadi bebas dari segala keinginan hanya dengan melayani Krishna. Krishna telah sepenuhnya menghancurkan karma, keinginan-keinginan dan kebodohan dari penyembah tersebut. Hal ini merupakan sesuatu yang sungguh mengherankan bahwa Krishna, yang tidak memihak siapa pun, sepenuhnya berpihak pada penyembah-Nya.

PENEBUSAN DOSA DENGAN NAMA SUCI KRISHNA

    Berdasarkan kitab suci Veda ada tiga jenis penebusan dosa atau Prayascitta:
1.    Karma Prayascitta
2.    Jnana Prayascitta
3.    Bhakti Prayascitta
    Karma-prayascitta adalah penebusan dosa yang dilakukan dengan upacara-upacara ritual Veda. Karma-prayascitta ini tidak dapat menghilangkan benih dosa yang ada di dalam hati, karena setelah seseorang melakukan upacara tersebut, ia akan kembali melakukan kegiatan berdosa berulang-ulang. Ibarat gajah mandi, begitu gajah selesai mandi ia akan kembali melemparkan debu ke badannya.
    Jnana-prayascitta adalah penebusan dosa yang dilakukan dengan penyesalan atas dosa-dosa seseorang, jnana-prayascitta juga tidak dapat mencabut dosa dari akarnya, penyesalan memang terjadi tetapi ketika ada kesempatan untuk melakukan dosa, maka keinginan untuk berbuat dosa akan muncul kembali. Ibarat terbakarnya hutan bambu, seluruh pohon bambu memang terbakar habis, tetapi akarnya belum tercabut, sehingga begitu hujan datang pohon bambu akan kembali tumbuh.
    Bhakti-prayascitta adalah penebusan dosa dengan selalu mengingat Krishna, selalu mengucapkan nama suci Krishna, melayani Krishna dengan tulus, maka seseorang akan bebas dari segala dosa. Bhakti-prayascitta dapat membakar benih dosa sehingga tidak dapat tumbuh lagi dari dalam hati.
    Seperti dinyatakan di dalam Sri Caitanya Caritamrita Madhya-lila (2.15.107):
"eka krsna-nāme kare sarva-pāpa ksaya
nava-vidhā bhakti pūrna nāma haite haya
“Hanya dengan mengucapkan nama suci Krishna sekali saja seseorang akan terbebas dari semua reaksi dari kehidupan yang berdosa. Seseorang dapat menyempurnakan sembilan proses pelayanan bhakti hanya dengan mengucapkan nama suci.”
    Untuk itu kami telah  memperkenalkan sistem ini di semua tempat pengajaran kami. Arcana, arati, mempersembahkan bhoga, menghias arca dan lain-lain, semuanya didahului dan diikuti dengan mengucapkan nama-nama suci Krishna:
Hare Krishna Hare Krishna
Krishna Krishna Hare Hare
Hare Rama Hare Rama
Rama Rama Hare Hare
Ucapkan lagi dan lagi, semakin kita mengucapkannya semakin kita mencintai Tuhan, Krishna.

Sumber:
•    www.stephen-knapp.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar